Kisah yang tertulis dalam Kitab 2 Tawarikh pasal 10, khususnya pada ayat keenam, membawa kita pada momen krusial dalam sejarah Kerajaan Israel. Ayat ini menggambarkan pertemuan antara Raja Rehabeam yang baru naik takhta, para tua-tua yang pernah melayani ayahnya, Raja Salomo, dan bangsa Israel yang menuntut keadilan. Momen ini adalah titik balik yang dramatis, memecah belah kerajaan yang pernah bersatu di bawah kepemimpinan ayah dan kakeknya.
Konteks Sejarah dan Permasalahan Bangsa
Setelah masa pemerintahan Raja Salomo yang kaya dan makmur, namun juga ditandai dengan beban kerja dan pajak yang berat bagi rakyat, bangsa Israel datang menghadap Rehabeam. Mereka menyampaikan keluhan mengenai kerja paksa yang diberlakukan ayahnya dan meminta agar beban tersebut dikurangi. Ini adalah permintaan yang sangat wajar, mengingat rakyat telah memberikan kontribusi besar selama masa pemerintahan Salomo.
Rehabeam, yang masih muda dan belum berpengalaman dalam memerintah, berada dalam posisi yang sulit. Ia dihadapkan pada dua pilihan nasihat: dari orang-orang tua yang bijak yang pernah melayani Salomo, dan dari teman-teman sebayanya yang lebih condong pada kekerasan dan penindasan. Ayat keenam secara spesifik menyoroti bagaimana Rehabeam mencari pandangan dari para tua-tua, sebuah langkah yang menunjukkan adanya kesadaran awal akan pentingnya pertimbangan yang matang.
Pentingnya Nasihat yang Bijak
Pertanyaan Rehabeam kepada para tua-tua, "Bagaimanakah kamu memberi nasihat untuk menjawab bangsa ini?" merupakan inti dari dilema tersebut. Ini adalah pertanyaan tentang bagaimana seorang pemimpin seharusnya menanggapi tuntutan rakyatnya. Nasihat orang tua yang bijak biasanya didasarkan pada pengalaman, pemahaman mendalam tentang hukum ilahi, dan kepedulian terhadap kesejahteraan seluruh umat.
Sayangnya, seperti yang terungkap di ayat-ayat berikutnya, Rehabeam lebih mendengarkan nasihat teman-temannya yang muda dan sombong, yang menyarankan pendekatan yang keras. Akibatnya, ia memberikan jawaban yang menolak tuntutan rakyat, bahkan dengan ancaman hukuman yang lebih berat. Keputusan ini secara fatal menyebabkan perpecahan Kerajaan Israel menjadi dua: Kerajaan Israel di utara (sepuluh suku) dan Kerajaan Yehuda di selatan (dua suku).
Pelajaran yang Dapat Dipetik
Kisah ini memberikan pelajaran berharga bagi setiap pemimpin, baik dalam skala besar maupun kecil. Pertama, pentingnya mencari dan mendengarkan nasihat dari orang-orang yang bijak, berpengalaman, dan memiliki integritas. Nasihat yang baik dapat mencegah kesalahan fatal dan membawa pada keputusan yang adil serta berkelanjutan.
Kedua, usia dan pengalaman bukanlah satu-satunya penentu kebijaksanaan. Namun, kebijaksanaan seringkali dibentuk oleh pengalaman dan pengamatan jangka panjang. Rehabeam mengabaikan nasihat yang telah teruji oleh waktu demi saran yang datang dari hawa nafsu dan kesombongan.
Terakhir, cara seorang pemimpin merespons kebutuhan dan keluhan rakyatnya sangat menentukan stabilitas dan masa depan sebuah komunitas atau bangsa. Pendekatan yang keras dan menindas akan menghasilkan pemberontakan, sementara kepemimpinan yang adil dan berempati akan menumbuhkan kesetiaan dan kesejahteraan. Keputusan Rehabeam, yang dimulai dengan pertanyaan kepada para tua-tua namun diabaikan, akhirnya membawa malapetaka besar bagi Israel.