Ayat dari Kitab 2 Tawarikh 11:15 ini membawa kita pada sebuah momen krusial dalam sejarah Kerajaan Israel, khususnya setelah perpecahan kerajaan akibat dosa dan kesombongan Salomo. Raja Yerobeam, yang berkuasa di Kerajaan Israel Utara, mengambil langkah-langkah yang sangat mengecewakan dan bertentangan dengan firman Tuhan. Ia menciptakan sistem keagamaan baru yang menyimpang dari ibadah yang ditetapkan di Bait Suci Yerusalem.
Tindakan Yerobeam ini adalah contoh klasik dari bagaimana kekuasaan dan ambisi pribadi dapat mengalahkan ketaatan kepada Tuhan. Ia mendirikan dua pusat ibadah baru di Betel dan Dan, lengkap dengan patung anak lembu emas. Tindakan ini jelas merupakan pelanggaran terhadap perintah Tuhan yang melarang penyembahan berhala dan penyerahan ibadah hanya kepada satu tempat yang telah ditentukan, yaitu Yerusalem. Ayat ini juga menyebutkan bahwa Yerobeam mengangkat imam dari kalangan rakyat jelata yang tidak termasuk kaum Lewi. Ini menunjukkan betapa ia telah mengubah tatanan keagamaan yang seharusnya.
Pengaruh dari keputusan Yerobeam ini sangat besar. Ia bukan hanya memimpin umatnya menjauh dari penyembahan kepada Allah yang benar, tetapi juga menciptakan perpecahan spiritual yang mendalam. Umatnya diajarkan untuk mempersembahkan korban kepada patung-patung berhala, bukan kepada Tuhan semesta alam. Hal ini bukan hanya soal ritual, tetapi juga soal pengalihan kesetiaan. Ketika umat mulai beribadah kepada berhala, mereka secara otomatis mulai meninggalkan hubungan pribadi mereka dengan Tuhan Israel. Ini adalah jalan yang menuju kehancuran spiritual dan moral.
Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga kemurnian iman dan ketaatan pada ajaran firman Tuhan. Kebijaksanaan yang sejati tidak datang dari pemikiran manusiawi yang mencoba menyesuaikan diri dengan keadaan atau memuaskan keinginan pribadi, melainkan dari ketaatan penuh pada prinsip-prinsip ilahi. Yerobeam, dalam upayanya untuk mempertahankan kekuasaannya dan mencegah rakyatnya pergi ke Yerusalem, justru menjerumuskan dirinya dan rakyatnya ke dalam dosa yang lebih besar.
Dalam konteks pribadi, ayat ini menjadi pengingat bahwa setiap keputusan yang kita ambil terkait dengan spiritualitas kita memiliki konsekuensi. Apakah kita memilih untuk mengikuti jalan Tuhan dengan segala tuntutannya, ataukah kita tergoda untuk menciptakan "jalur pintas" versi kita sendiri yang pada akhirnya menjauhkan kita dari sumber kehidupan yang sesungguhnya? Persembahan iman yang tulus, yang dilakukan sesuai dengan kehendak Tuhan, adalah hal yang paling berharga.
Marilah kita belajar dari kesalahan Yerobeam. Mari kita pegang teguh ajaran Tuhan, menjaga kesetiaan kita hanya kepada-Nya, dan mempersembahkan ibadah yang murni dan berkenan di hadapan-Nya. Kebijaksanaan sejati dan kedamaian ilahi hanya dapat ditemukan dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Sang Pencipta.