2 Tawarikh 11:16 - Kesetiaan yang Berbuah Berkat

"Mereka yang mau menetap di Yehuda, dari segala suku Israel, yang berpihak kepada Tuhan, itu turut memegang jabatan imam dan orang Lewi."

Kesetiaan Menuju Harapan
Simbol kesetiaan dan harapan.

Ayat yang kita renungkan dari 2 Tawarikh 11:16 memberikan sebuah gambaran yang menyentuh tentang konsekuensi dari kesetiaan. Setelah peristiwa terpisahnya kerajaan Israel, di mana Yerobeam memimpin sepuluh suku utara memberontak dari pemerintahan Rehabeam di Yerusalem, banyak orang dihadapkan pada sebuah pilihan krusial. Pilihan ini bukan sekadar pilihan politik, melainkan pilihan yang mendalam terkait dengan keimanan dan ketaatan kepada Tuhan.

Ayat tersebut secara spesifik menyebutkan, "Mereka yang mau menetap di Yehuda, dari segala suku Israel, yang berpihak kepada Tuhan, itu turut memegang jabatan imam dan orang Lewi." Frasa "mereka yang mau menetap" mengindikasikan adanya upaya aktif dan keputusan sadar untuk berpindah atau bertahan di wilayah Yehuda. Wilayah ini, beserta Yerusalem sebagai pusat ibadahnya, tetap setia kepada garis keturunan Daud dan, yang terpenting, kepada penyembahan yang sah kepada Tuhan. Sebaliknya, di kerajaan utara, Yerobeam mendirikan tempat-tempat penyembahan baru dan memperkenalkan berhala untuk mengalihkan perhatian rakyat dari Yerusalem.

Inti dari ayat ini terletak pada frasa "yang berpihak kepada Tuhan." Ini adalah penegasan bahwa keputusan untuk berpindah atau bertahan di Yehuda bukan didasari oleh kepentingan pribadi, keuntungan materi, atau paksaan politik semata. Motivasi utamanya adalah kesetiaan kepada Tuhan. Mereka yang memilih jalan ini menunjukkan bahwa iman mereka lebih berharga daripada kenyamanan atau kemudahan yang mungkin ditawarkan oleh pilihan lain. Mereka berani mengambil risiko, meninggalkan tanah leluhur atau posisi yang sudah nyaman, demi tetap berada dalam lingkup ibadah yang benar kepada Allah.

Konsekuensi dari kesetiaan mereka digambarkan dengan indah: "itu turut memegang jabatan imam dan orang Lewi." Ini bukan sekadar pengakuan, melainkan partisipasi aktif dalam kehidupan rohani dan pelayanan. Mereka yang setia diberi kehormatan dan kesempatan untuk melayani Tuhan di bait-Nya. Ini menunjukkan bahwa kesetiaan kepada Tuhan tidak akan pernah sia-sia. Tuhan menghargai hati yang tulus dan tindakan yang didorong oleh iman. Mereka yang memprioritaskan Tuhan dalam hidup mereka, pada akhirnya akan menemukan tempat mereka, peran mereka, dan berkat-Nya.

Dalam konteks kehidupan modern, ayat ini tetap relevan. Tantangan untuk tetap setia kepada Tuhan di tengah berbagai godaan dunia, tekanan sosial, dan distraksi lainnya selalu ada. "Berpihak kepada Tuhan" berarti membuat pilihan sadar untuk menempatkan kehendak-Nya di atas keinginan kita sendiri, untuk memprioritaskan firman-Nya dalam keputusan kita, dan untuk mencari persekutuan dengan orang-orang yang juga berjuang untuk hidup dalam ketaatan kepada-Nya. Seperti mereka yang setia pada zaman Tawarikh, kesetiaan kita hari ini akan membawa kita pada kedalaman hubungan dengan Tuhan, pemenuhan tujuan ilahi, dan sukacita sejati yang hanya dapat diberikan oleh-Nya. Marilah kita menjadikan kesetiaan sebagai kompas dalam setiap langkah perjalanan iman kita.