2 Tawarikh 11 3: Rehabeam dan Kehidupan di Yerusalem

"Lalu kamu akan melaporkan perkataan TUHAN, anak-anak Israel: ‘Aku telah mendengarkan seruanmu dan menenun jala bagimu, agar kamu beribadah kepada-Ku. Namun, karena kamu telah dihukum, kamu akan tetap berada di negeri ini.’"
Ikon Bangunan Kota

Ayat 2 Tawarikh 11:3 menggambarkan momen penting dalam sejarah Israel, khususnya setelah Kerajaan Israel terpecah menjadi dua: Kerajaan Israel di utara dan Kerajaan Yehuda di selatan. Ayat ini tertulis dalam konteks ketika Rehabeam, putra Salomo, baru saja naik takhta di Yerusalem sebagai raja atas suku Yehuda.

Setelah kematian Salomo, para pemimpin Israel menghadap Rehabeam di Sikhem untuk menobatkan dia menjadi raja. Namun, mereka mengajukan permohonan agar beban kerja dan pajak yang berat semasa Salomo diringankan. Rehabeam, yang masih muda dan belum berpengalaman, pertama-tama meminta nasihat dari para tua-tua yang melayani ayahnya. Para tua-tua menyarankan agar Rehabeam bersikap ramah dan bersedia mengurangi beban rakyat. Namun, Rehabeam kemudian meminta nasihat dari teman-teman sebayanya, yang justru menganjurkan agar dia menunjukkan kekuasaan dan menambah beban pajak kepada rakyat, menunjukkan bahwa dia lebih keras daripada ayahnya.

Ketika Rehabeam memberikan jawaban yang keras kepada rakyat, sepuluh suku dari utara memberontak dan memisahkan diri, mengangkat Yerobeam bin Nebat sebagai raja mereka. Hanya suku Yehuda dan sebagian kecil suku Benyamin yang tetap setia kepada dinasti Daud di Yerusalem. Ayat 2 Tawarikh 11:3 ini merupakan respons ilahi terhadap situasi perpecahan yang terjadi. Tuhan melalui nabi-Nya mengingatkan bahwa meskipun umat-Nya telah melakukan kesalahan dan menghadapi konsekuensi dari perpecahan tersebut, mereka tidak ditinggalkan sepenuhnya.

Pesan dalam ayat ini lebih dari sekadar peringatan. Ini adalah janji bahwa Tuhan tetap mendengarkan seruan umat-Nya, bahkan di tengah kesulitan dan ketidaktaatan. Frasa "menenun jala bagimu" bisa diartikan sebagai Tuhan yang secara aktif mengatur dan membentuk situasi, mungkin dengan konsekuensi yang menyakitkan sebagai cara untuk mendidik dan memperbaiki. Namun, tetap ada harapan dan panduan yang diberikan.

Dalam konteks 2 Tawarikh 11:3, Yerusalem menjadi pusat spiritual dan politik bagi Kerajaan Yehuda. Di sinilah Bait Suci berdiri, tempat ibadah kepada Tuhan yang sejati. Meskipun perpecahan bangsa Israel membawa tantangan besar, ayat ini menekankan pentingnya kesetiaan kepada Tuhan dan hukum-Nya. Rehabeam dan rakyatnya diingatkan bahwa keberadaan mereka di negeri itu, meskipun dengan segala kompleksitasnya, adalah bagian dari rencana Tuhan. Kisah ini mengajarkan tentang pentingnya kebijaksanaan dalam kepemimpinan, konsekuensi dari keputusan yang gegabah, dan kesetiaan Tuhan yang abadi kepada umat-Nya, bahkan ketika umat-Nya sendiri tidak setia. Ayat ini menjadi pengingat bahwa Tuhan selalu memiliki tujuan, bahkan ketika umat-Nya mengalami perpecahan dan penderitaan.