2 Tawarikh 12 4: Reaksi di Tengah Ancaman

"Sebab itu terperangahlah Rehabeam dan rakyatnya mendengar perkataan itu, sehingga mereka membiarkan musuh merampasi apa yang telah mereka rampas." (2 Tawarikh 12:4)
Ilustrasi penyerbuan dan kepanikan

Ayat 2 Tawarikh 12:4 menggambarkan sebuah momen krusial dalam sejarah Kerajaan Yehuda. Raja Rehabeam, penerus Salomo, menghadapi ancaman besar dari Syeisak, raja Mesir. Syeisak datang dengan bala tentara yang sangat besar, terdiri dari pasukan yang tak terhitung jumlahnya: orang Gerai, orang Libia, orang Etiopia, dan orang-orang dari Sukot. Kehadiran pasukan sebesar itu tentu saja menimbulkan ketakutan yang luar biasa di hati raja dan rakyatnya.

Reaksi yang terekam dalam ayat ini sangat dramatis. "Sebab itu terperangahlah Rehabeam dan rakyatnya mendengar perkataan itu, sehingga mereka membiarkan musuh merampasi apa yang telah mereka rampas." Kata "terperangah" menunjukkan sebuah keadaan terkejut yang mendalam, sebuah keputusasaan yang melumpuhkan. Mereka begitu terintimidasi oleh kekuatan musuh yang superior, sehingga mereka kehilangan kemampuan untuk bertindak atau membela diri. Situasi ini akhirnya membuat mereka "membiarkan musuh merampasi apa yang telah mereka rampas." Ini menyiratkan bahwa sebelum kedatangan Syeisak dengan pasukan besarnya, mungkin ada perlawanan atau ketidakpastian. Namun, ketika skala ancaman menjadi jelas, perlawanan itu surut digantikan oleh ketidakberdayaan.

Kejadian ini bukanlah sekadar catatan sejarah kuno, melainkan sebuah cerminan yang kuat tentang bagaimana manusia bisa bereaksi ketika dihadapkan pada kekuatan yang terasa tak tertahankan. Ketakutan dan kepanikan dapat melumpuhkan akal sehat dan kemampuan untuk membuat keputusan strategis. Dalam konteks spiritual, ayat ini juga bisa menjadi pengingat tentang pentingnya bersandar kepada Tuhan di saat-saat genting. Alih-alih mengandalkan kekuatan diri atau jumlah pasukan, seharusnya Rehabeam dan rakyatnya mencari perlindungan dan strategi dari Sang Penguasa semesta. Namun, dalam cerita ini, kelemahan manusia dalam menghadapi tekanan terlihat jelas.

Ayat ini juga mengajarkan tentang konsekuensi dari keputusan yang diambil. Dengan membiarkan musuh merampas, Yehuda kehilangan kekayaan dan mungkin juga martabat. Penyerbuan Syeisak ke Yerusalem, seperti yang diceritakan lebih lanjut dalam pasal ini, memang membawa kehancuran dan penjarahan besar-besaran, termasuk hilangnya harta benda dari Bait Allah. Pengalaman ini menjadi pelajaran pahit bagi Rehabeam dan rakyatnya tentang bahaya mengabaikan nasihat bijak dan menjauhi Tuhan, yang merupakan sumber kekuatan sejati.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin tidak selalu menghadapi invasi militer, tetapi kita pasti menghadapi berbagai "ancaman" dalam bentuk kesulitan, tantangan, kegagalan, atau krisis. Bagaimana kita bereaksi saat menghadapi "pasukan besar" dalam hidup kita? Apakah kita "terperangah" dan kehilangan harapan, atau kita mencari kekuatan dan hikmat dari sumber yang lebih tinggi? 2 Tawarikh 12:4 mengingatkan kita bahwa reaksi keputusasaan di hadapan kesulitan dapat berujung pada kerugian yang lebih besar. Penting untuk menghadapi tantangan dengan ketabahan dan keyakinan, bukan dengan kepasrahan yang membuta.