2 Tawarikh 14 13

"Lalu Asya dan rakyatnya mengejar mereka sampai ke Gerar; dan berhala-berhala orang Kus binasa, sedemikian rupa sehingga tidak ada yang dapat hidup kembali, karena TUHAN telah memukul mereka dan menahan mereka."
Kemenangan di Bawah Perlindungan-Nya

Kisah mengenai Raja Asya dan kemenangan yang ia raih melawan pasukan besar dari Etiopia, sebagaimana dicatat dalam 2 Tawarikh pasal 14 ayat 13, memberikan gambaran yang kuat tentang kuasa ilahi yang bekerja di balik usaha manusia. Ayat ini bukan sekadar laporan sejarah, melainkan sebuah pengingat akan pentingnya bersandar pada Tuhan, terutama di saat-saat tergelap dan paling mengancam.

Pada masa pemerintahan Raja Asya, Yehuda menghadapi ancaman serius dari Zerah, seorang panglima perang Etiopia yang memimpin pasukan raksasa. Keadaan ini pasti menimbulkan ketakutan dan keputusasaan di kalangan rakyat Yehuda. Bayangkanlah, sebuah pasukan dengan seribu kereta perang dan ratusan ribu prajurit siap menyerbu. Dalam situasi seperti itu, manusia cenderung mencari perlindungan pada kekuatan sendiri atau sekadar menyerah pada nasib.

Namun, Asya berbeda. Ia tidak mengandalkan kehebatannya sendiri sebagai raja, meskipun ia telah melakukan banyak hal baik bagi kerajaannya, seperti menyingkirkan dewa-dewa asing dan mengembalikan ibadah kepada Tuhan. Dalam menghadapi ancaman luar biasa ini, ia bangkit dan berdoa kepada Tuhan semesta alam. Doanya menunjukkan kesadaran penuh akan ketergantungannya pada Tuhan, mengakui bahwa kekuatannya sendiri tidak akan cukup untuk menghadapi musuh yang begitu besar. Ia berseru, "Ya TUHAN, tidak ada pertolongan bagi kami melainkan pada-Mu melawan gerombolan yang besar ini, agar kiranya kami beroleh kekuatan untuk melawan mereka dan tidak kelihatan malu."

Jawaban Tuhan datang dengan luar biasa. Tuhan mengalahkan orang Etiopia itu di depan Asya dan Yehuda. Kemudian, ayat 14 melanjutkan bahwa pasukan itu tidak hanya dipukul mundur, tetapi juga tercerai-berai. Dan puncak dari kemenangan ini dicatat dalam ayat 13: "Lalu Asya dan rakyatnya mengejar mereka sampai ke Gerar; dan berhala-berhala orang Kus binasa, sedemikian rupa sehingga tidak ada yang dapat hidup kembali, karena Tuhan telah memukul mereka dan menahan mereka."

Apa yang bisa kita pelajari dari ayat ini? Pertama, pentingnya pengakuan atas kedaulatan Tuhan. Asya tahu bahwa kemenangan bukanlah hasil usaha militernya semata, melainkan campur tangan ilahi. Kedua, perusakan berhala-berhala yang dibawa oleh musuh menunjukkan bahwa kemenangan ini bukan hanya kemenangan fisik, tetapi juga kemenangan rohani. Berhala-berhala itu, simbol kekuatan dan kepercayaan orang Etiopia, dihancurkan, melambangkan penolakan terhadap segala sesuatu yang menentang Tuhan. Ketiga, ayat ini menekankan penghancuran total, "tidak ada yang dapat hidup kembali," yang menunjukkan keefektifan dan ketegasan tindakan Tuhan.

Di tengah tantangan hidup yang sering kali terasa seperti "gerombolan yang besar," kisah ini mengajarkan kita untuk tidak putus asa. Ketika kita merasa sumber daya kita terbatas, ketika ancaman tampak tak teratasi, ingatlah janji Tuhan. Berserulah kepada-Nya, seperti yang dilakukan Asya. Percayalah bahwa Dia mampu memberikan kekuatan, memberikan jalan keluar, dan bahkan mengalahkan musuh-musuh kita, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.

Kemenangan yang diraih Raja Asya adalah bukti nyata bahwa Tuhan bertindak bagi mereka yang berserah kepada-Nya. Mari kita jadikan kisah ini inspirasi untuk terus melangkah dalam iman, mengetahui bahwa di dalam Tuhan, kita memiliki sumber kekuatan yang tak terbatas dan kemenangan yang pasti.