Ayat 2 Tawarikh 14:14 merupakan pengingat yang kuat tentang kekuatan iman dan kesetiaan kepada Tuhan. Ayat ini bercerita tentang Raja Asa dari Yehuda, yang meskipun dihadapkan pada ancaman besar dari pasukan Etiopia yang jauh lebih besar, justru mengalami kemenangan gemilang.
Kisah ini tertulis dalam Kitab 2 Tawarikh, yang mencatat sejarah raja-raja Israel dan Yehuda. Raja Asa dikenal sebagai raja yang berusaha memulihkan ibadah yang benar di Yehuda, menyingkirkan patung-patung berhala dan mendorong umatnya untuk mencari Tuhan. Ketika musuh datang, reaksi pertama Asa bukanlah mengandalkan kekuatan militer atau sekutu manusia, melainkan berseru kepada Tuhan.
Pernyataan dalam ayat 14:11 dengan jelas menunjukkan sikap Asa: "Maka berserulah Asa kepada TUHAN, Allahnya: "Ya TUHAN, pada-Mu saja kita dapat menolong terhadap orang banyak yang bangkit melawan kita ini; baik pada-Mu, ya TUHAN, kita menolong, sehingga musuh-musuh kita jangan mendapat kemenangan atas kita."
Hasilnya adalah seperti yang dinyatakan dalam ayat 14: "Dan mereka memukul mundur orang-orang dari Yehuda, karena mereka mengandalkan TUHAN, Allah leluhur mereka." Kata kunci di sini adalah "karena mereka mengandalkan TUHAN, Allah leluhur mereka." Kemenangan mereka bukanlah hasil dari kehebatan taktis atau superioritas pasukan, melainkan murni karena ketergantungan mereka yang teguh pada Tuhan.
Mengapa ayat ini begitu relevan bagi kita hari ini? Di dunia yang serba cepat dan penuh ketidakpastian, seringkali kita merasa kewalahan oleh masalah yang tampaknya tidak dapat diatasi. Tekanan dari pekerjaan, tantangan dalam hubungan, masalah kesehatan, atau kesulitan finansial bisa terasa seperti pasukan besar yang mengancam kedamaian kita. Dalam situasi seperti itu, godaan terbesar adalah mengandalkan kekuatan kita sendiri, mencari solusi duniawi, atau merasa putus asa.
Namun, 2 Tawarikh 14:14 menawarkan perspektif yang berbeda. Ia mengajarkan bahwa sumber kekuatan sejati dan kemenangan tidak terletak pada kemampuan manusiawi, tetapi pada hubungan kita dengan Tuhan. Ketika kita menempatkan kepercayaan kita sepenuhnya kepada-Nya, memohon pertolongan-Nya, dan bertindak sesuai dengan kehendak-Nya, Dia sanggup memberikan kemenangan yang melampaui pemahaman kita.
Kepercayaan "Allah leluhur mereka" juga menekankan kontinuitas dari kesetiaan. Tuhan yang sama yang telah menolong Abraham, Ishak, dan Yakub, adalah Tuhan yang sama yang menolong Asa dan umatnya. Ini adalah pengingat bahwa Tuhan adalah setia dan tidak berubah. Dia adalah sumber perlindungan dan pertolongan yang dapat diandalkan dari generasi ke generasi.
Mengaplikasikan prinsip ini dalam kehidupan pribadi berarti melatih diri untuk berdoa lebih dahulu saat menghadapi kesulitan. Ini berarti mencari bimbingan Tuhan melalui Firman-Nya dan doa sebelum mengambil keputusan penting. Ini berarti mengandalkan hikmat-Nya, bukan hanya strategi kita sendiri. Kemenangan yang dijanjikan bukanlah absennya perjuangan, tetapi kemampuan untuk melewatinya dengan keyakinan bahwa Tuhan menyertai dan bekerja bagi kebaikan kita.
Maka, saat kita merenungkan 2 Tawarikh 14:14, marilah kita diingatkan untuk tidak meremehkan kekuatan doa dan iman. Ketergantungan yang tulus kepada Tuhan adalah fondasi kemenangan kita, baik dalam hal-hal besar maupun kecil, yang membawa kedamaian dan kepastian di tengah badai kehidupan.