2 Tawarikh 14:7 - Kekuatan dalam Menanti Tuhan

"Oleh sebab itu ia berkata kepada orang-orang Yehuda: Dengarlah olehmu kepada TUHAN, Allah nenek moyangmu, dan lakukanlah segala yang Kuperintahkan kepadamu."
Tuhan Memberi Kekuatan

Ayat 2 Tawarikh 14:7 ini merupakan seruan penting dari Raja Asa kepada seluruh penduduk Yehuda. Dalam konteks sejarahnya, Asa adalah raja yang membawa pembaruan rohani di kerajaan selatan Israel. Ia memerintahkan umat untuk menyingkirkan berhala-berhala dan beribadah hanya kepada TUHAN. Seruan ini menekankan kembali fondasi spiritual yang harus dipegang teguh oleh bangsa itu: ketaatan kepada firman dan perintah Tuhan.

Kata-kata "Dengarlah olehmu kepada TUHAN, Allah nenek moyangmu" bukan sekadar nasihat biasa. Ini adalah pengingat akan perjanjian yang telah Tuhan buat dengan leluhur mereka, sebuah warisan iman yang harus dijaga dan dilanjutkan. Tuhan tidak meminta sesuatu yang baru atau memberatkan, melainkan mengingatkan mereka untuk kembali kepada prinsip dasar keimanan yang telah teruji dan membawa berkat bagi generasi sebelumnya.

Lebih lanjut, perintah "lakukanlah segala yang Kuperintahkan kepadamu" menunjukkan bahwa iman yang benar tidak pasif. Iman harus diejawantahkan dalam tindakan nyata. Ketaatan bukan hanya soal perasaan atau pengakuan lisan, tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan, mulai dari ibadah, perilaku sosial, hingga kepemimpinan. Asa memahami bahwa kemakmuran dan keamanan Yehuda sangat bergantung pada sejauh mana mereka bersungguh-sungguh menaati Tuhan.

Dalam menghadapi berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal, penegasan ini menjadi sangat relevan. Bangsa Yehuda pada masa itu mungkin menghadapi ancaman dari bangsa-bangsa tetangga, atau godaan untuk kembali ke praktik-praktik penyembahan berhala yang menyesatkan. Dalam situasi seperti itu, yang dibutuhkan bukanlah kekuatan militer semata, melainkan kekuatan rohani yang bersumber dari ketaatan kepada Tuhan.

Pesan ini juga memiliki makna mendalam bagi kita di masa kini. Di tengah kompleksitas dunia modern yang penuh dengan berbagai aliran pemikiran dan godaan, seruan untuk mendengarkan Tuhan dan melakukan perintah-Nya tetap menjadi jangkar spiritual yang kokoh. Kekuatan sejati tidak datang dari kecanggihan teknologi, kekayaan materi, atau kekuasaan politik, melainkan dari hubungan yang intim dengan Tuhan dan kesediaan untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Menanti TUHAN, seperti yang sering ditekankan dalam Kitab Suci, bukan berarti pasif menunggu. Ini adalah sebuah sikap aktif yang penuh keyakinan, yaitu memelihara hubungan dengan-Nya melalui doa, membaca firman, dan ketaatan. Ketika kita secara sadar memilih untuk mendengar suara-Nya dan melakukan apa yang Dia perintahkan, kita mengundang kekuatan ilahi untuk bekerja dalam hidup kita, memberikan hikmat, keberanian, dan ketahanan untuk menghadapi segala situasi.

Oleh karena itu, marilah kita terus menanamkan prinsip 2 Tawarikh 14:7 dalam hati kita: mendengarkan Firman Tuhan dengan saksama dan melaksanakan setiap perintah-Nya dengan setia. Di sanalah letak kekuatan sejati yang akan menopang kita di sepanjang kehidupan.