Tetapi Yosafat menaruh kepercayaan kepada TUHAN, raja Yehuda yang sesungguhnya. Ia bangkit menggantikan bapanya Asa. Pada masa pemerintahannya, ia memperkuat angkatan bersenjatanya dan menyusun pertahanan yang kokoh di seluruh Yehuda.
Pasal 17 Kitab 2 Tawarikh mengisahkan tentang kepemimpinan Raja Yosafat yang saleh dan bijaksana di Yehuda. Setelah naik takhta menggantikan ayahnya, Asa, Yosafat tidak hanya memperkuat kerajaan secara militer dan pertahanan, tetapi ia juga secara aktif menyingkirkan dewa-dewa asing dan mendorong umatnya untuk kembali berpegang teguh pada hukum Tuhan. Inisiatif ini menunjukkan komitmen Yosafat yang mendalam untuk memastikan bahwa kerajaannya dibangun di atas fondasi spiritual yang kuat.
Salah satu tindakan Yosafat yang paling menonjol adalah mengirim para petinggi, imam, dan orang Lewi ke seluruh kota di Yehuda untuk mengajar bangsa itu tentang Kitab Taurat TUHAN. Upaya pendidikan agama ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi merupakan investasi jangka panjang untuk menanamkan pemahaman dan ketaatan kepada hukum Tuhan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Dampak positifnya pun segera terlihat: "Ketakutan akan TUHAN menimpa semua kerajaan negeri-negeri di sekitar Yehuda, sehingga mereka tidak berani berperang melawan Yosafat." Ini adalah bukti nyata bahwa ketaatan kepada Tuhan membawa kedamaian dan keamanan.
Maka bertambahlah kekayaan dan kemasyhuran raja Yosafat. Ia mengadakan hubungan kekeluargaan dengan raja Ahab dari Israel.
Pasal 18 menceritakan sebuah episode krusial dalam pemerintahan Yosafat, yaitu persekutuan yang ia jalin dengan Ahab, raja Israel. Meskipun Yosafat adalah raja yang saleh, ia melakukan kesalahan strategis dengan menikahkan putranya, Yoram, dengan putri Ahab, Atalya. Kesalahan ini membawanya pada keterlibatan dalam kampanye militer bersama Ahab untuk merebut Ramot-Gilead dari Aram.
Dalam perjalanannya menuju medan perang, Yosafat dengan ceroboh meminta nasihat nabi-nabi Ahab. Namun, keempat ratus nabi ini justru memberikan ramalan palsu, yang semuanya menyetujui rencana Ahab. Yosafat, yang tampaknya menyadari ada sesuatu yang janggal, masih juga bertanya apakah tidak ada nabi Tuhan lainnya. Akhirnya, Mikha bin Yimla dipanggil, dan ia dengan berani menubuatkan kegagalan dan kematian Ahab. Walaupun peringatan ini jelas, Yosafat tetap saja ikut dalam pertempuran.
Kisah ini menjadi pelajaran berharga tentang bahaya persekutuan yang tidak sehat. Yosafat, meskipun awalnya bermaksud baik, terjerumus ke dalam pengaruh yang negatif karena kedekatan dan tekanan sosial. Pergumulan Yosafat menunjukkan bahwa bahkan orang yang saleh pun bisa membuat kesalahan fatal jika tidak berhati-hati dalam memilih teman dan nasihat. Sangat penting untuk tetap teguh pada kebenaran Tuhan, bahkan ketika dihadapkan pada tekanan atau godaan untuk berkompromi.
Dan raja Yosafat kembali ke rumahnya dengan selamat ke Yerusalem. Lalu Yehu bin Hanani, pelihat itu, keluar menemui Raja Yosafat dan berkata kepadanya: "Apakah patut engkau menolong orang yang fasik dan bersahabat dengan mereka yang membenci TUHAN? Karena hal ini, murka TUHAN menimpamu."
Setelah pengalaman pahit di Ramot-Gilead, Yosafat kembali ke Yerusalem dan segera ditegur oleh nabi Yehu. Teguran ini membawa Yosafat pada kesadaran yang mendalam dan mendorongnya untuk melakukan tindakan penyucian dan reformasi yang lebih besar di kerajaannya. Ia menyadari bahwa persekutuan dengan orang fasik membawa murka Tuhan.
Sebagai respons, Yosafat mengangkat para hakim di seluruh Yehuda dan memberikan instruksi yang jelas: "Bertindaklah dengan takut akan TUHAN, dengan setia dan hati yang tulus. Dalam setiap perselisihan yang kamu hadapi... perlakukanlah mereka sesuai dengan hukum Allah." Ia menekankan pentingnya keadilan dan integritas dalam pemerintahan. Selain itu, ia juga membentuk badan penghakiman yang lebih tinggi di Yerusalem yang terdiri dari orang Lewi, imam, dan kepala-kepala kaum keluarga. Tindakan ini menunjukkan komitmen Yosafat untuk menegakkan standar moral dan keadilan ilahi di seluruh aspek kehidupan bangsanya.
Pasal 19 juga menggarisbawahi bahwa setelah reformasi ini, kekuatan ilahi menyertai Yosafat. "Dan orang-orang Lewi dan imam dan kepala-kepala kaum keluarga orang Israel akan mengangkat perkara apapun yang sampai kepada mereka di Yerusalem." Ini menandakan bahwa ketika umat Tuhan kembali kepada jalan-Nya dan menegakkan kebenaran-Nya, Tuhan akan memberkati dan memelihara mereka. Ketiga pasal ini memberikan gambaran lengkap tentang perjuangan, kesalahan, dan akhirnya kemenangan seorang raja yang berusaha menempatkan Tuhan di atas segalanya.