"Dan hatinya menjadi teguh di jalan TUHAN; selanjutnya ia membuang dewa-dewa berhala dari Yehuda dan Yerusalem." (2 Tawarikh 17:6)
Ayat 2 Tawarikh 17:6 ini menyajikan gambaran yang kuat tentang karakter Raja Yosafat, seorang pemimpin yang menonjol dalam sejarah Yehuda. Kata "hatinya menjadi teguh" bukan sekadar ungkapan pasif, melainkan sebuah tindakan aktif yang mencerminkan tekad mendalam untuk mengikuti jalan Tuhan. Ini adalah sebuah fondasi penting bagi pemerintahan dan kepemimpinannya yang kemudian. Di tengah banyak raja yang jatuh ke dalam penyembahan berhala dan menyimpang dari ajaran Tuhan, Yosafat justru memilih untuk memusatkan seluruh kesetiaan dan kasihnya kepada Sang Pencipta.
Keputusan Yosafat untuk "membuang dewa-dewa berhala dari Yehuda dan Yerusalem" adalah bukti nyata dari keteguhan hatinya. Ini bukanlah tugas yang mudah. Penyembahan berhala telah meresap dalam budaya dan praktik keagamaan pada masanya, seringkali menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Menentang arus dan membersihkan seluruh negeri dari praktik-praktik yang sesat membutuhkan keberanian luar biasa, integritas moral, dan keyakinan yang tidak tergoyahkan pada kebenaran. Tindakan ini menunjukkan bahwa Yosafat tidak hanya memiliki iman secara pribadi, tetapi juga bertanggung jawab untuk memimpin rakyatnya kembali kepada ketaatan kepada Tuhan. Ia memahami bahwa kesejahteraan spiritual dan keamanan bangsa sangat bergantung pada hubungan mereka dengan Tuhan.
Kisah Yosafat mengajarkan kita bahwa kepemimpinan yang sejati berakar pada integritas hati. Hati yang teguh di jalan Tuhan adalah sumber kekuatan untuk membuat keputusan yang sulit, untuk menolak godaan penyimpangan, dan untuk memimpin orang lain menuju kebaikan. Ini adalah peringatan bagi kita semua, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, untuk secara aktif memeriksa hati kita dan memastikan bahwa kita berkomitmen pada nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Dalam dunia yang seringkali penuh dengan pilihan-pilihan yang menyesatkan dan standar moral yang fluktuatif, keteguhan hati seperti Yosafat adalah aset yang tak ternilai.
Lebih dari sekadar menyingkirkan objek fisik penyembahan berhala, tindakan Yosafat juga mengimplikasikan pembersihan hati dan pikiran dari segala sesuatu yang mengalihkan kesetiaan kepada Tuhan. Ia berinvestasi dalam pembinaan spiritual bangsanya, mengirimkan para pejabat dan orang Lewi untuk mengajar hukum Tuhan di seluruh negeri. Ini menunjukkan pemahaman yang mendalam bahwa perubahan sejati harus terjadi dari dalam ke luar. Ketika hati seseorang teguh pada Tuhan, perilakunya secara alami akan mencerminkan kesetiaan itu. 2 Tawarikh 17:6 bukan hanya sekadar catatan sejarah, tetapi juga sebuah undangan untuk kita merenungkan kembali fondasi iman kita, dan untuk berani mengambil langkah-langkah konkrit dalam hidup kita untuk hidup sesuai dengan kebenaran ilahi, sama seperti Raja Yosafat.