Maka ia berkata: "Oleh sebab itu, dengarkanlah firman TUHAN: Aku melihat TUHAN duduk di atas takhta-Nya dan segala penghuni langit berdiri di sebelah kanan-Nya dan di sebelah kiri-Nya.
Ayat 2 Tawarikh 18:18 memberikan sebuah gambaran yang sangat kuat dan mendalam tentang suasana surgawi. Dalam momen krusial ketika Nabi Mikha sedang menyampaikan nubuatnya kepada Raja Ahab dari Yehuda dan Raja Yosafat dari Yehuda mengenai pertempuran di Ramot-Gilead, ia diperkenankan untuk melihat sebuah visi ilahi. Visi ini bukanlah sekadar gambaran visual biasa, melainkan sebuah manifestasi dari kedaulatan Allah dan bagaimana penghakiman serta keputusan-Nya dijalankan di alam semesta.
Penglihatan tentang "TUHAN duduk di atas takhta-Nya" menegaskan otoritas tertinggi dan kekuasaan mutlak Allah. Takhta adalah simbol kekuasaan, keadilan, dan kehormatan. Keberadaan TUHAN di atas takhta-Nya menunjukkan bahwa segala sesuatu berada di bawah kendali-Nya, dan bahwa Dia adalah sumber dari segala hukum dan kebenaran. Ini adalah pengingat yang kuat bahwa di balik setiap peristiwa dunia, ada penguasa Ilahi yang melihat dan bertindak.
Lebih lanjut, ayat ini menyebutkan bahwa "segala penghuni langit berdiri di sebelah kanan-Nya dan di sebelah kiri-Nya." Siapakah "penghuni langit" ini? Dalam konteks Kitab Suci, ini sering kali merujuk pada malaikat-malaikat surga. Kehadiran mereka yang siap sedia di sisi TUHAN menunjukkan peran mereka sebagai pelayan dan pelaksana kehendak-Nya. Mereka siap menerima perintah, memberikan laporan, atau melaksanakan keputusan yang telah diambil oleh Sang Raja Semesta Alam.
Penglihatan ini juga menyiratkan adanya suatu majelis surgawi, sebuah lingkungan di mana TUHAN berdialog dan merencanakan. Ini bukanlah gambaran tentang dewa-dewa yang saling bersaing, melainkan tentang harmoni dan kesatuan dalam kerajaan ilahi. Malaikat-malaikat yang berdiri di kedua sisi TUHAN menunjukkan bahwa mereka siap untuk tugas apa pun yang dipercayakan kepada mereka, baik yang berkaitan dengan membimbing, melindungi, maupun menghukum.
Bagi Raja Ahab dan Yosafat, penglihatan ini seharusnya menjadi peringatan yang sangat serius. Mereka sedang mempertimbangkan untuk pergi berperang, sebuah keputusan besar yang akan berdampak pada banyak nyawa. Melihat bagaimana keputusan Ilahi dijalankan di surga, seharusnya mendorong mereka untuk mencari hikmat dan kebenaran dari TUHAN sebelum bertindak. Sayangnya, Raja Ahab lebih memilih mendengarkan nabi-nabi palsu yang menyenangkan hatinya daripada firman TUHAN yang disampaikan oleh Mikha.
Dalam konteks masa kini, visi ini mengajarkan kita tentang pentingnya menyadari bahwa ada dimensi spiritual yang bekerja di balik layar. Keputusan-keputusan yang kita buat, baik secara pribadi maupun kolektif, akan selalu dipertanggungjawabkan di hadapan takhta keadilan Ilahi. Penglihatan ini mengajak kita untuk hidup dengan kesadaran akan kebenaran Allah, mencari arahan-Nya dalam setiap langkah, dan taat pada firman-Nya, karena di atas segalanya, TUHAN adalah Raja yang memerintah.