Dan berkatalah Mikha bin Yimla: "Sesungguhnya, engkau akan melihat pada hari itu, ketika engkau masuk ke bilik dalam untuk bersembunyi."
Ayat 2 Tawarikh 18:25 mengisahkan momen krusial dalam percakapan antara raja Ahab dari Israel dan nabi Mikha. Pada titik ini, Ahab sedang bersiap untuk pergi berperang melawan Ramot-Gilead, sebuah keputusan yang didorong oleh persekutuan politiknya dengan Yosafat, raja Yehuda. Namun, keyakinan Ahab untuk menang didasarkan pada kesaksian 400 nabi yang memberikan nubuat yang menyenangkan, yang pada dasarnya adalah kebohongan yang disajikan sebagai kebenaran ilahi.
Di tengah sorak-sorai para nabi palsu ini, muncul satu suara yang berbeda. Nabi Mikha bin Yimla, seorang nabi yang dikenal karena kejujurannya yang tanpa kompromi, dipanggil oleh raja Ahab untuk memberikan nubuatnya. Awalnya, seperti yang disaksikan dalam ayat sebelumnya, Mikha memberikan respons yang sarkastik, mencerminkan ketidakpercayaan dan mungkin juga ironi terhadap klaim para nabi lainnya. Namun, ketika Ahab mendesaknya untuk berbicara dengan jujur atas nama TUHAN, Mikha akhirnya memberikan peringatan yang gamblang.
Pesan Mikha bukanlah kabar baik yang ingin didengar oleh Ahab. Sebaliknya, ia menyampaikan ramalan yang mengerikan, bahwa Ahab akan melihat dirinya sendiri bersembunyi di "bilik dalam". Ini adalah gambaran tentang kehinaan dan ketakutan yang akan menimpa raja ketika berhadapan dengan kenyataan pahit dari keputusannya. Nubuat ini adalah sebuah peringatan keras terhadap kesombongan dan keengganan untuk mendengarkan suara kebenaran yang sesungguhnya.
Ilustrasi: Konsekuensi dari ketidaktaatan.
Kisah ini menyoroti perbedaan mendasar antara nabi sejati dan nabi palsu. Nabi sejati berbicara atas nama Tuhan dengan integritas, meskipun pesannya mungkin tidak populer atau bahkan menakutkan. Sebaliknya, nabi palsu mencari keuntungan pribadi atau kepuasan penguasa dengan menyebarkan kebohongan yang menyenangkan. Perilaku Ahab mencerminkan kecenderungannya untuk mengabaikan kebenaran dan memilih jalan yang nyaman, sebuah jebakan yang seringkali berujung pada kehancuran.
Pernyataan Mikha, "Sesungguhnya, engkau akan melihat pada hari itu, ketika engkau masuk ke bilik dalam untuk bersembunyi," adalah peringatan yang sangat kuat. Ini menyiratkan bahwa Ahab akan menghadapi situasi di mana ia akan membutuhkan perlindungan tersembunyi, sebuah tanda kekalahan dan kerendahan diri yang ekstrem. Ironisnya, nubuat ini akhirnya tergenapi. Meskipun Yosafat berhasil dalam pertempuran, Ahab terluka parah dalam pertempuran tersebut dan harus bersembunyi di keretanya hingga ia meninggal pada malam harinya, membuktikan kebenaran perkataan Mikha.
Kisah ini memberikan pelajaran berharga bagi setiap individu: pentingnya mencari kebenaran yang sejati, bahkan ketika itu sulit. Penting juga untuk bersikap kritis terhadap informasi dan mendengarkan nasihat yang tulus, bukan hanya apa yang ingin kita dengar. Mengabaikan kebenaran demi kenyamanan sesaat seringkali membawa konsekuensi yang jauh lebih berat di kemudian hari. Ayat 2 Tawarikh 18:25 mengingatkan kita akan kekuatan peringatan ilahi dan konsekuensi dari ketidaktaatan yang disengaja.