"Dan ada juga di antara orang Israel yang lain, seorang tawanan, yakni Mikha bin Yimla, tetapi raja Yehuda bertanya kepadanya: 'Mikha, haruskah kami pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau tidak?' Jawabnya kepadanya: 'Pergilah dan engkau akan beruntung; sebab mereka akan diserahkan ke dalam tanganmu.'"
Ayat 2 Tawarikh 18:8 menggambarkan sebuah momen krusial dalam pemerintahan Raja Yosafat dari Yehuda. Dalam persiapan untuk berperang melawan Ramot-Gilead, ia mengumpulkan para nabi dan meminta pendapat mereka. Namun, apa yang patut dicatat adalah bahwa ia tidak hanya mencari pendapat dari nabi-nabi yang seringkali cenderung menyenangkan penguasa, tetapi ia juga secara spesifik bertanya kepada Mikha bin Yimla, seorang nabi yang dikenal seringkali membawa pesan yang tidak populer tetapi benar. Sikap Yosafat ini menunjukkan adanya kerinduan akan kebenaran, meskipun di tengah tekanan politik dan peperangan.
Jawaban Mikha, "Pergilah dan engkau akan beruntung; sebab mereka akan diserahkan ke dalam tanganmu," terdengar optimis. Namun, penting untuk diingat bahwa ayat ini adalah bagian dari sebuah narasi yang lebih besar di pasal 18. Dalam konteks selanjutnya, kita melihat bahwa nabi-nabi lain memberikan ramalan yang mendukung. Hal ini menekankan betapa pentingnya kita melihat keseluruhan konteks firman Tuhan. Namun, inti dari ayat ini tetaplah seruan untuk mencari kebenaran, bahkan ketika ia datang dari sumber yang mungkin dianggap remeh atau berbeda.
Di era informasi yang begitu deras, kita seringkali dibombardir dengan berbagai macam pendapat, analisis, dan "kebenaran" yang saling bertentangan. Seperti Raja Yosafat, kita perlu memiliki kebijaksanaan untuk membedakan mana suara yang benar dan mana yang hanya gema dari keinginan pribadi atau kelompok. 2 Tawarikh 18:8 mengingatkan kita akan pentingnya keadilan dan kebenaran dalam setiap pengambilan keputusan, baik itu dalam skala pribadi, profesional, maupun sosial.
Keadilan dan kebenaran bukanlah sekadar konsep abstrak, melainkan fondasi yang kokoh bagi sebuah masyarakat yang sehat dan sejahtera. Ketika pemimpin dan individu bertindak berdasarkan prinsip-prinsip ini, terciptalah kepercayaan, stabilitas, dan kemakmuran. Sebaliknya, ketidakadilan dan kebohongan akan menggerogoti sendi-sendi kehidupan, membawa kerusakan dan perpecahan. Ayat ini, meskipun berasal dari konteks sejarah yang lampau, masih relevan untuk membimbing kita hari ini. Marilah kita terus belajar untuk mendengarkan dan memperjuangkan kebenaran, bahkan ketika itu tidak populer atau sulit.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menerapkan prinsip ini dengan:
Dengan demikian, kita dapat membangun lingkungan yang lebih baik, mencerminkan nilai-nilai keadilan dan kebenaran yang diajarkan dalam firman Tuhan.