2 Tawarikh 19:1

Maka pulanglah Yehosafat ke rumahnya di Yerusalem dengan selamat.

Perjalanan Pulang Penuh Berkah

Ayat pembuka dari pasal 19 kitab 2 Tawarikh ini memberikan gambaran yang sederhana namun penuh makna: Raja Yehosafat kembali ke kediamannya di Yerusalem dengan keadaan selamat. Kalimat ini bukan sekadar catatan kronologis, melainkan sebuah penanda penting dalam narasi sejarah kerajaan Yehuda. Kepulangan yang selamat sering kali menandakan selesainya sebuah misi atau perjalanan penting, dalam hal ini, setelah kunjungan penting raja ke negeri musuh.

Konteks ayat ini sangatlah krusial. Sebelumnya, Yehosafat baru saja kembali dari Aram (Suriah) setelah menghadiri pertemuan yang diinisiasi oleh nabi Yehu bin Hanani. Kunjungan ini bukanlah kunjungan diplomatik biasa, melainkan sebuah teguran keras yang diberikan oleh nabi Allah kepada raja. Yehu menegur Yehosafat karena telah menjalin persekutuan dengan Ahab, raja Israel utara, yang dikenal sebagai raja yang jahat dan menentang Tuhan. Persekutuan ini terjalin melalui pernikahan putri Yehosafat, Atalia, dengan putera Ahab, Yoram.

Tindakan Yehosafat yang terkesan gegabah dan bahkan berbahaya di mata Tuhan ini telah diingatkan dengan tegas. Nabi Yehu menyampaikan pesan Tuhan yang menyatakan murka-Nya atas persekutuan tersebut. Persekutuan dengan orang fasik, terutama dalam urusan kenegaraan yang menyangkut kesetiaan kepada Allah, adalah sesuatu yang sangat dilarang. Tuhan berfirman melalui Yehu bahwa karena perbuatan Yehosafat, "tentu akan ada murka dari hadapan TUHAN atasmu" (2 Tawarikh 19:2). Ini menunjukkan betapa seriusnya Tuhan memandang kesetiaan umat-Nya, khususnya para pemimpin mereka.

Namun, ayat 2 Tawarikh 19:1 ini kemudian menggambarkan kepulangan Yehosafat yang "dengan selamat". Ini memberikan sebuah pertanyaan reflektif: bagaimana mungkin ia pulang dengan selamat setelah menerima teguran keras yang disertai ancaman murka Tuhan? Jawabannya terletak pada respons Yehosafat selanjutnya, yang dijelaskan dalam kelanjutan pasal tersebut. Ayat ini menjadi jembatan naratif, memisahkan tindakan awal Yehosafat yang keliru dengan koreksi yang mulai ia lakukan. Kepulangan yang selamat ini bisa diartikan sebagai kesempatan kedua yang diberikan Tuhan, atau bisa juga sebagai permulaan dari sebuah kesadaran dan pertobatan yang akan ia tunjukkan.

Kisah ini mengajarkan bahwa meskipun seorang pemimpin, atau siapa pun, dapat membuat kesalahan dan bahkan mungkin mendapat teguran dari Tuhan, kesempatan untuk memperbaiki diri selalu ada. Ayat 2 Tawarikh 19:1 mengingatkan kita akan pentingnya sebuah akhir yang baik setelah perjalanan yang mungkin penuh tantangan atau kesalahan. Yang terpenting bukanlah di mana kita memulai atau kesalahan apa yang pernah kita buat, tetapi bagaimana kita merespons teguran dan apakah kita bersedia untuk kembali ke jalan yang benar. Kepulangan Yehosafat yang selamat membuka pintu bagi perubahan positif dalam pemerintahannya, yang kemudian akan membawa dampak besar bagi kerajaan Yehuda.