Yesaya 29:21

"Orang-orang yang menyalahkan orang dalam suatu perkara, dan memasang perangkap bagi dia yang memberi nasihat di pintu gerbang, dan menggagalkan orang yang benar dengan alasan yang tidak berdasar."
Keadilan yang Terdistorsi Titik Awal Jebakan Hasil

Representasi visual dari jalannya perkataan yang berujung pada ketidakadilan.

Ayat Yesaya 29:21 menggambarkan sebuah potret yang menyakitkan tentang bagaimana keadilan bisa dibengkokkan dan kebenaran dapat dihancurkan oleh tindakan orang-orang yang seharusnya menjadi penegak atau penjaga kebijaksanaan. Fenomena ini bukanlah sesuatu yang baru, melainkan sebuah peringatan keras yang bergema sepanjang sejarah, bahkan hingga masa kini. Frasa "Orang-orang yang menyalahkan orang dalam suatu perkara" menunjukkan adanya kecenderungan untuk mencari kesalahan pada pihak lain, seringkali tanpa bukti yang kuat atau dengan niat yang tidak murni. Ini adalah dasar dari permusuhan dan konflik yang tidak perlu, di mana fokus dialihkan dari mencari solusi menuju mencari kambing hitam.

Lebih lanjut, ayat ini menyoroti tindakan yang lebih licik: "dan memasang perangkap bagi dia yang memberi nasihat di pintu gerbang." Pintu gerbang dalam konteks kuno adalah tempat umum untuk pertukaran gagasan, persidangan, dan pengambilan keputusan penting. Orang yang memberi nasihat di tempat tersebut biasanya adalah individu yang bijaksana, yang berusaha memberikan arahan yang benar. Namun, ketika ada pihak yang secara aktif "memasang perangkap" bagi penasihat ini, itu menandakan adanya konspirasi untuk membungkam suara kebenaran atau mengarahkan keputusan ke arah yang menguntungkan diri sendiri, bukan ke arah yang adil. Perangkap ini bisa berbentuk fitnah, manipulasi informasi, atau bahkan ancaman terselubung, yang semuanya bertujuan untuk melumpuhkan pengaruh positif dari orang yang bijaksana.

Puncak dari gambaran ini adalah "dan menggagalkan orang yang benar dengan alasan yang tidak berdasar." Ini adalah bentuk kezaliman yang paling ekstrem, di mana seseorang yang jelas-jelas bertindak jujur dan benar justru dikalahkan atau dihancurkan. "Alasan yang tidak berdasar" menyiratkan bahwa tidak ada justifikasi logis atau moral untuk tindakan tersebut. Ini adalah penolakan terhadap kebenaran demi kepentingan pribadi, kekuasaan, atau sekadar kesenangan dalam menjatuhkan orang lain. Dampaknya adalah hilangnya kepercayaan pada sistem, ketidakamanan bagi orang-orang yang jujur, dan berkembangnya budaya kepalsuan.

Dalam konteks sosial dan spiritual, ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya integritas dan kehati-hatian dalam setiap perkataan dan tindakan kita. Kita dipanggil untuk menjauhi sifat menyalahkan, merencanakan keburukan, dan menindas orang yang benar. Sebaliknya, kita didorong untuk menjunjung tinggi kebenaran, bersikap adil, dan menjadi suara yang mendukung kebaikan, terutama di tempat-tempat di mana keputusan penting dibuat. Keadilan yang sejati hanya bisa tegak ketika kejujuran dijunjung tinggi dan kebenaran menjadi pijakan utama.