2 Tawarikh 19:9 - Seruan Keadilan dari Yehezkiel

"Lalu ia memberi perintah ini: 'Beginilah kamu harus bertindak dalam takut kepada TUHAN dengan kesetiaan dan hati yang tulus.'"

Intisari Firman: Komitmen pada Keadilan dan Ketulusan

Ayat 2 Tawarikh 19:9 merupakan seruan penting yang disampaikan oleh Raja Yehoshafat kepada para hakim di kerajaannya. Dalam konteks sejarah, Yehoshafat mendapati bahwa para hakim di Yudea telah melakukan ketidakadilan dan bahkan menyelewengkan hukum Allah. Sebagai respons, ia mengumpulkan para pemimpin, imam, dan orang Lewi untuk menegakkan kembali prinsip-prinsip keadilan yang murni.

Perintah Yehoshafat, "Beginilah kamu harus bertindak dalam takut kepada TUHAN dengan kesetiaan dan hati yang tulus," adalah sebuah amanat yang menggabungkan dua elemen krusial dalam menjalankan tugas kenegaraan, khususnya dalam ranah peradilan. Pertama, adalah aspek vertikal, yaitu "takut kepada TUHAN." Ini berarti bahwa setiap keputusan dan tindakan harus didasarkan pada penghormatan mendalam terhadap otoritas ilahi, menyadari bahwa setiap individu akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.

Takut akan Tuhan bukanlah rasa ngeri atau ketakutan yang melumpuhkan, melainkan pengakuan akan kekudusan-Nya, keadilan-Nya, dan kebijaksanaan-Nya yang sempurna. Ketika seorang hakim bertindak dalam takut akan Tuhan, ia akan berusaha untuk menjunjung tinggi kebenaran, menolak suap, dan tidak memihak kepada yang kuat atau yang lemah hanya karena kepentingan duniawi.

Kedua, adalah aspek horizontal yang mencakup "kesetiaan dan hati yang tulus." Kesetiaan di sini merujuk pada komitmen yang teguh untuk menjalankan tugas sesuai dengan firman Tuhan, tanpa kompromi. Ini melibatkan konsistensi dalam menegakkan hukum dan kebenaran, bahkan ketika menghadapi tekanan atau godaan. Hati yang tulus menambahkan dimensi internal yang tak kalah penting. Hati yang tulus berarti bertindak tanpa kepalsuan, kemunafikan, atau motif tersembunyi. Ini adalah integritas batiniah yang mendorong tindakan lahiriah yang adil.

Dalam dunia yang seringkali dipenuhi dengan korupsi, nepotisme, dan ketidakadilan, prinsip yang ditekankan oleh Yehoshafat ini tetap sangat relevan. Para pemimpin, hakim, dan siapa pun yang memiliki otoritas untuk membuat keputusan yang mempengaruhi kehidupan orang lain, dipanggil untuk beroperasi dengan standar moral yang tinggi. Keadilan sejati tidak hanya terlihat dari keputusan yang diambil, tetapi juga dari cara keputusan itu diambil – dengan kerendahan hati di hadapan Tuhan dan kejujuran yang tak tergoyahkan di hadapan sesama.

Ayat ini mengingatkan kita bahwa fondasi pemerintahan yang baik dan masyarakat yang adil adalah karakter moral para pemimpinnya. Ketika para penegak hukum bertindak dalam takut akan Tuhan, setia pada prinsip kebenaran, dan memiliki hati yang tulus, maka keadilan akan bersemi, dan kesejahteraan akan terwujud bagi seluruh rakyat.