2 Tawarikh 2:3

"Lalu Salomo mengirim pesan kepada Hiram, raja Tirus, katanya: "Perlakukanlah aku seperti dahulu engkau per-lakukan ayahku Daud, dengan mengirim kepadaku kayu aras untuk membangun sebuah istana tempat kediamanku.""

Hikmat untuk Membangun Kebesaran

Ayat 2 Tawarikh 2:3 ini bukan sekadar sebuah permintaan logistik, melainkan sebuah fondasi penting dalam kisah pembangunan Bait Suci dan kejayaan Kerajaan Israel di bawah kepemimpinan Raja Salomo. Permintaan Salomo kepada Hiram, raja Tirus, yang terkenal dengan keahliannya dalam pengolahan kayu dan pelayaran, menandakan sebuah langkah strategis yang bijaksana. Membangun istana yang megah dan kelak Bait Suci memerlukan material terbaik, dan di zaman itu, kayu aras dari Lebanon adalah simbol kemewahan, kekuatan, dan keabadian.

Hubungan yang baik dengan Hiram bukanlah sesuatu yang didapat begitu saja. Ini adalah warisan dari ayah Salomo, Raja Daud. Daud telah membangun hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Tirus, memanfaatkan keahlian mereka untuk memperkuat kerajaannya. Salomo, dengan cerdik, melanjutkan warisan ini. Ia tidak mencoba membangun segalanya sendiri, tetapi mencari bantuan dari pihak yang memiliki keahlian dan sumber daya yang dibutuhkan. Ini adalah pelajaran berharga bagi kita: kolaborasi dan pengakuan terhadap keahlian orang lain dapat membawa hasil yang luar biasa.

Permintaan ini juga mencerminkan visi Salomo. Ia tidak hanya ingin membangun istana pribadi, tetapi juga mempersiapkan jalan untuk proyek yang lebih besar lagi, yaitu pembangunan Bait Allah. Sebuah tempat yang layak dan megah untuk menyembah Tuhan akan menjadi pusat spiritual dan identitas bangsa Israel. Kayu aras yang kokoh dan indah bukan hanya untuk keindahan fisik, tetapi juga untuk melambangkan kekudusan dan keagungan Tuhan yang akan bersemayam di dalamnya.

Tuhan telah memberikan Salomo hikmat yang luar biasa, seperti yang dicatat dalam pasal-pasal sebelumnya. Hikmat ini tidak hanya terbatas pada pemahaman hukum dan keadilan, tetapi juga kemampuan untuk merencanakan, memimpin, dan menjalin hubungan yang baik. Permintaan kepada Hiram adalah bukti nyata dari penerapan hikmat tersebut. Ia memahami bahwa untuk mencapai tujuan besar, diperlukan sumber daya yang tepat dan dukungan dari pihak eksternal.

Lebih dari sekadar bahan bangunan, permintaan ini juga membuka pintu bagi pertukaran budaya dan teknologi. Hubungan dagang antara Israel dan Tirus membawa manfaat timbal balik. Tirus mendapatkan akses ke sumber daya dari Israel, sementara Israel mendapatkan bahan bangunan berkualitas tinggi dan mungkin juga tenaga ahli. Ini adalah gambaran tentang bagaimana interaksi antar bangsa, jika didasari pada niat yang baik dan prinsip yang benar, dapat membawa kemajuan.

Pada intinya, 2 Tawarikh 2:3 mengajarkan kita tentang pentingnya perencanaan strategis, kolaborasi, pemanfaatan sumber daya yang ada, dan visi jangka panjang. Salomo, dengan hikmat yang dianugerahkan Tuhan, memulai sebuah era pembangunan yang akan dikenang sepanjang sejarah. Ia menunjukkan bahwa dengan membangun hubungan yang kuat dan memanfaatkan keahlian yang ada, bahkan proyek-proyek yang paling ambisius sekalipun dapat diwujudkan.

Ilustrasi kayu aras (pohon aras) dan simbol kemegahan pembangunan.