2 Tawarikh 21:3

"Dan setelah mereka semua ditempatkan oleh ayahnya di tempat-tempat pertahanan di seluruh Yehuda, di kota-kota berkubu, ia memberikan bekal kepada mereka. Tetapi kepada anak-anaknya yang lain ia memberikan perak, emas dan barang-barang berharga, serta hadiah-hadiah yang mewah, kecuali kepada Yosafat, sebab ia adalah anak kesayangan ayahnya."

Keistimewaan dan Tanggung Jawab Sebuah Renungan dari 2 Tawarikh 21:3
Ilustrasi: Keistimewaan dan Tanggung Jawab

Ayat 2 Tawarikh 21:3 ini memberikan gambaran menarik mengenai kebijakan Raja Yosafat dalam mempersiapkan masa depan kerajaan dan keluarganya. Setelah memastikan seluruh negeri Yehuda aman dengan menempatkan pasukannya di kota-kota berbenteng, perhatian raja beralih kepada anak-anaknya. Pemberian bekal dan perlengkapan kepada semua saudaranya menunjukkan perhatian Yosafat terhadap kesejahteraan mereka, sebagai bentuk persiapan untuk peran apa pun yang mungkin mereka emban di masa depan. Ini adalah tindakan seorang pemimpin yang bijaksana, memastikan stabilitas dan keamanan bagi seluruh keluarganya dan kerajaan.

Namun, yang lebih menonjol dari ayat ini adalah perlakuan istimewa yang diberikan kepada Yosafat. Ia tidak hanya menerima harta dan barang berharga, tetapi juga "hadiah-hadiah yang mewah". Frasa "anak kesayangan ayahnya" menjelaskan alasan di balik keistimewaan ini. Ini menunjukkan adanya hubungan emosional yang kuat antara Yosafat dan ayahnya, sebuah kedekatan yang melampaui sekadar kewajiban seorang raja kepada putranya. Keistimewaan ini bisa diartikan sebagai tanda kasih sayang, kepercayaan, dan mungkin harapan khusus yang disematkan oleh ayahnya kepadanya.

Dalam konteks yang lebih luas, kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya keseimbangan. Di satu sisi, ada tanggung jawab untuk mempersiapkan semua orang, memberikan bekal dan keamanan. Di sisi lain, ada nilai dari hubungan pribadi yang mendalam dan pengakuan atas kualitas unik seseorang. Ayah Yosafat, Raja Yosafat, berhasil melakukan keduanya. Ia tidak mengabaikan tugasnya sebagai pemimpin, namun juga tidak lupa untuk menghargai dan memberikan keistimewaan kepada anak yang sangat ia kasihi.

Kisah ini juga bisa menjadi refleksi bagi kita dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam keluarga, orang tua seringkali memiliki kedekatan yang berbeda dengan masing-masing anak, dan itu wajar. Yang terpenting adalah bagaimana kita mengelola keistimewaan tersebut agar tidak menimbulkan kecemburuan atau rasa tidak adil yang berlebihan di antara anggota keluarga. Di tempat kerja, seorang pemimpin yang baik akan memastikan semua karyawan mendapatkan pelatihan dan sumber daya yang mereka butuhkan, sambil tetap mengakui dan menghargai kontribusi luar biasa dari individu-individu tertentu.

Ayat 2 Tawarikh 21:3 mengingatkan kita bahwa kepemimpinan yang efektif mencakup baik keadilan distributif maupun pengakuan atas keunggulan individu. Yosafat, sang raja, tampaknya memahami prinsip ini dengan baik. Ia memberikan dasar yang kuat bagi semua putra-putranya, namun juga secara khusus mengangkat dan menghargai Yosafat, putranya yang terkasih. Ini adalah pelajaran tentang bagaimana kasih sayang, tanggung jawab, dan penghargaan dapat berjalan beriringan, menciptakan fondasi yang kokoh untuk masa depan. Pemilihan Yosafat sebagai penerus atau sosok yang sangat dihargai bisa jadi karena ada kualitas khusus dalam dirinya yang membuat sang ayah sangat mempercayainya dan melihatnya sebagai permata yang berharga di antara seluruh keluarganya.