2 Tawarikh 22 5: Nubuat Penghakiman

"Dan ia berjalan dalam jalan raja-raja Israel, seperti keluarga Ahab telah berbuat, sebab anaknya perempuan ialah isteri Ahab; dan ia berbuat yang jahat di mata TUHAN."

KECAMAN Jalan yang keliru membawa konsekuensi.

Ayat 2 Tawarikh 22:5 menyajikan sebuah gambaran yang suram tentang kepemimpinan Raja Yoram dari Yehuda. Ayat ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah peringatan rohani yang mendalam, menyoroti bagaimana pengaruh buruk dan keputusan yang salah dapat mengarahkan seorang pemimpin, dan bahkan sebuah bangsa, menuju kehancuran. Inti dari ayat ini terletak pada dua elemen kunci: hubungan keluarga yang dekat dan pilihan moral yang keliru.

Hubungan keluarga yang dimaksud adalah pernikahan Yoram dengan puteri Ahab, raja Israel. Di permukaan, pernikahan politik semacam ini bisa dipandang sebagai upaya untuk memperkuat aliansi. Namun, dalam konteks spiritual Kerajaan Yehuda yang seharusnya taat kepada TUHAN, pernikahan ini justru menjadi gerbang masuk bagi pengaruh negatif dari keluarga Ahab. Keluarga Ahab dikenal luas karena kesesatan dan penyembahan berhala mereka, terutama yang dipimpin oleh Ratu Izebel. Dengan menikahi puteri Ahab, Yoram secara implisit membuka pintu bagi praktik-praktik yang bertentangan dengan hukum TUHAN untuk masuk ke dalam istananya dan lingkungannya.

Lebih dari sekadar pengaruh eksternal, ayat ini secara tegas menyatakan bahwa Yoram "berbuat yang jahat di mata TUHAN." Ini menunjukkan bahwa Yoram tidak hanya pasif menerima pengaruh buruk, tetapi secara aktif membuat pilihan-pilihan yang bertentangan dengan kehendak ilahi. Ia mengikuti "jalan raja-raja Israel," yang pada masa itu seringkali identik dengan kemurtadan dan penyembahan ilah-ilah asing. Keputusan ini bukan hanya kegagalan pribadi, tetapi juga merupakan pengkhianatan terhadap perjanjian yang telah dibuat leluhurnya dengan TUHAN.

Penting untuk merenungkan bagaimana keputusan satu orang, apalagi seorang pemimpin, dapat berdampak luas. Pengaruh keluarga, baik positif maupun negatif, seringkali sangat kuat. Ayat ini mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam memilih lingkaran pergaulan dan pengaruh yang kita izinkan masuk dalam hidup kita. Dalam hal spiritual, ini berarti memilih teman yang setia kepada TUHAN, dan menghindari kompromi yang dapat mengarah pada kesesatan.

Nubuat yang tersirat dalam ayat ini adalah bahwa mengikuti jalan yang jahat akan mendatangkan konsekuensi. Sejarah mencatat bahwa pemerintahan Yoram memang dipenuhi dengan kegagalan, pemberontakan, dan akhirnya kehancuran. Hal ini menjadi pelajaran abadi bahwa ketaatan kepada TUHAN adalah fondasi yang paling kokoh bagi seorang pemimpin dan sebuah bangsa. Sebaliknya, kesesatan dan penyimpangan dari jalan TUHAN akan selalu membawa pada kehancuran, baik secara rohani maupun material. 2 Tawarikh 22:5 adalah pengingat kuat bahwa iman yang teguh dan ketaatan yang tulus adalah kunci kehidupan yang benar dan berkelimpahan di hadapan TUHAN.