"Dan buatlah sepuluh kerangka dari kayu penaga untuk sisi selatan Kemah itu."
Ayat yang diambil dari Kitab Keluaran pasal 26, ayat 18, membawa kita pada gambaran detail pembangunan Kemah Suci. Perintah untuk membuat sepuluh kerangka dari kayu penaga untuk sisi selatan Kemah ini bukan sekadar instruksi teknis semata. Ia adalah bagian dari cetak biru ilahi yang dirancang dengan ketelitian luar biasa, mencerminkan keteraturan, keagungan, dan kesucian yang harus hadir dalam tempat pertemuan antara Tuhan dan umat-Nya. Kayu penaga, yang dikenal kuat dan tahan lama, dipilih sebagai material utama, melambangkan fondasi yang kokoh dan keabadian prinsip-prinsip ilahi.
Kemah Suci merupakan manifestasi fisik dari hadirat Tuhan di tengah-tengah bangsa Israel. Setiap detail, mulai dari pemilihan kayu, ukuran, hingga susunan kerangka, memiliki makna simbolis yang mendalam. Sisi selatan Kemah, sebagaimana diinstruksikan, akan ditopang oleh sepuluh kerangka ini. Penempatan kerangka ini secara presisi menciptakan dinding yang kokoh dan terstruktur, yang kemudian akan ditutupi dengan tirai-tirai indah. Konsep ini mengajarkan kita bahwa pelayanan dan ibadah kepada Tuhan haruslah dibangun di atas dasar yang kuat, terstruktur, dan terorganisir, bukan sekadar serampangan.
Warna-warna cerah dan sejuk yang digunakan dalam desain Kemah Suci, seperti biru laut dan merah ungu pada tirai-tirainya, serta emas yang berkilauan, semuanya melambangkan aspek-aspek surgawi. Tirai-tirai ini tidak hanya berfungsi sebagai penutup fisik, tetapi juga sebagai simbol pemisahan antara yang kudus dan yang profane, antara kehadiran Tuhan dan ruang umat manusia. Instruksi spesifik mengenai jumlah kerangka – sepuluh di sisi selatan – menekankan pentingnya kesatuan dan kelengkapan dalam pembangunan. Sepuluh sering kali melambangkan kesempurnaan atau urutan ilahi.
Lebih dari sekadar struktur fisik, Kemah Suci adalah gambaran tentang bagaimana Tuhan ingin berinteraksi dengan umat-Nya. Ia bukan menara gading yang tersembunyi, melainkan tempat di mana Tuhan berjanji untuk bertemu, berbicara, dan memberikan pengampunan. Instruksi pembangunan yang begitu rinci menunjukkan betapa Tuhan serius dalam menetapkan cara-cara penyembahan yang benar. Dalam konteks modern, ini bisa diartikan sebagai pentingnya mendekati Tuhan dengan hati yang tulus, penuh hormat, dan mengikuti kehendak-Nya sebagaimana yang diungkapkan dalam Firman-Nya. Desain yang rapi dan teratur ini juga menyoroti keindahan dalam keteraturan ilahi, sebuah harmoni yang jauh melampaui apa yang bisa dicapai oleh manusia sendiri.
Ketika kita merenungkan Keluaran 26:18, kita diajak untuk melihat lebih dalam dari sekadar jumlah atau jenis kayu. Kita melihat sebuah rancangan yang penuh kasih dari Tuhan untuk memungkinkan umat-Nya mendekat kepada-Nya. Kemah Suci, dengan segala arsitekturnya yang presisi, menjadi pengingat akan nilai-nilai kebenaran, keteraturan, dan kesucian dalam hubungan kita dengan Yang Maha Kuasa.