"Dan Yehezkiel melakukan sesuai dengan segala yang diperintahkan kepadanya oleh imam Yoyada, dan ia menyuruh orang-orang itu untuk menjaga rumah TUHAN, supaya mereka memusnahkan semua yang haram, dan memulihkan rumah TUHAN."
Ayat 2 Tawarikh 23:16 ini membawa kita pada momen penting dalam sejarah Israel, khususnya di masa pemerintahan raja Yoas. Setelah masa kegelapan yang diakibatkan oleh pengaruh ratu Atalya yang jahat, terjadi sebuah pemulihan yang dramatis. Yoyada, imam besar yang gagah berani, memimpin sebuah gerakan untuk menobatkan Yoas menjadi raja yang sah dan menggulingkan Atalya. Ketaatan dan keberanian Yoyada menjadi kunci dalam mengembalikan tatanan yang benar di Yerusalem.
Bagian penting dari pemulihan ini adalah tugas yang diperintahkan oleh Yoyada kepada Yehezkiel. Perintah ini tidak sekadar bersifat politis atau militer, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang mendalam. Yehezkiel ditugaskan untuk memastikan bahwa rumah TUHAN, yaitu Bait Suci, kembali berfungsi sebagaimana mestinya. Ini berarti melakukan pembersihan menyeluruh dari segala sesuatu yang haram dan mengembalikan kemurnian serta kekudusan tempat ibadah tersebut. Tindakan ini menunjukkan komitmen untuk mengembalikan fokus umat Israel kepada penyembahan yang benar kepada TUHAN.
Tugas Yehezkiel adalah contoh nyata dari ketaatan yang aktif. Ia tidak hanya menerima perintah, tetapi juga melaksanakannya dengan sungguh-sungguh. Ini mencakup pemusnahan segala praktik ibadah berhala atau hal-hal lain yang dianggap najis dan tidak sesuai dengan hukum TUHAN. Bait Suci, yang seharusnya menjadi pusat rohani umat, telah dinodai oleh berbagai penyimpangan selama masa pemerintahan Atalya. Pemulihan ini bukan hanya tentang bangunan fisik, tetapi juga tentang memulihkan hubungan spiritual antara umat dengan Allah.
Lebih dari itu, ayat ini juga menekankan pentingnya pemeliharaan. Setelah dibersihkan, rumah TUHAN harus dijaga. Ini menyiratkan bahwa pemulihan bukanlah tujuan akhir, melainkan awal dari sebuah perjalanan pemeliharaan yang berkelanjutan. Umat dan para pemimpin mereka memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa Bait Suci tetap suci dan menjadi tempat yang layak bagi kehadiran TUHAN. Konsep menjaga rumah TUHAN ini berbicara tentang menjaga kemurnian ibadah, menjaga hati dari dosa, dan menjaga komunitas dari pengaruh yang merusak.
Dalam konteks yang lebih luas, 2 Tawarikh 23:16 mengajarkan kita tentang pentingnya kepemimpinan yang saleh dan ketaatan yang responsif. Yoyada, sebagai pemimpin rohani, bertindak dengan iman dan keberanian. Yehezkiel, sebagai pelaksana, menunjukkan kesediaan untuk menjalankan tugas yang berat demi kebaikan umat dan kemuliaan Allah. Kisah ini mengingatkan kita bahwa pemulihan spiritual dan kemurnian ibadah selalu membutuhkan tindakan nyata, keberanian untuk membuang yang najis, dan komitmen untuk memelihara apa yang telah dikembalikan kepada Tuhan. Ini adalah panggilan untuk kembali kepada standar-standar ilahi dan menjaga kesucian dalam segala aspek kehidupan kita, terutama dalam hubungan kita dengan Allah.