Pelajaran dari Yoas
Simbol transformasi dan pertobatan

2 Tawarikh 24:16 - Kesetiaan dan Konsekuensi

"Lalu mereka menguburkan dia di kuburan raja-raja di kota Daud, karena ia telah berbuat baik di mata TUHAN selama hidupnya, dan selama ia memerintah."

Ayat Kitab Suci 2 Tawarikh 24:16 ini membicarakan tentang akhir hayat Raja Yoas dari Yehuda, seorang pemimpin yang kisah hidupnya dipenuhi dengan pasang surut dalam hubungannya dengan Tuhan. Kehidupan Yoas memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya kesetiaan kepada Tuhan dan konsekuensi yang mengikuti setiap pilihan kita. Awal pemerintahannya ditandai dengan kepatuhan dan keberhasilan, namun seiring waktu, pengaruh buruk mulai merenggutnya dari jalan kebenaran.

Kisah Yoas dimulai dengan harapan. Ia diangkat menjadi raja sejak kecil dan diselamatkan oleh sepupunya, Yoyada, seorang imam yang saleh. Di bawah bimbingan Yoyada, Yoas memerintahkan perbaikan Bait Suci yang telah diabaikan. Tawarikh mencatat bagaimana ia dengan tekun mengumpulkan dana dan memastikan perbaikan itu dilakukan. Selama Yoyada masih hidup, Yoas hidup dalam kebenaran dan menaati perintah Tuhan. Ia menjadi simbol pembaharuan spiritual di Yehuda, membawa bangsanya kembali kepada penyembahan yang benar. Keberhasilan militernya melawan musuh-musuh seperti Aram juga merupakan bukti berkat Tuhan atas ketaatannya.

Namun, ironisnya, setelah Yoyada meninggal, arah kehidupan Yoas berubah drastis. Tanpa bimbingan yang kuat itu, ia mulai tunduk pada bujukan para bangsawan Yehuda. Mereka mulai menyembah berhala, dan Yoas, yang sebelumnya gigih melawan penyembahan berhala, kini ikut terjerumus. Ketaatan kepada Tuhan yang pernah menjadi prioritasnya, kini digantikan oleh keinginan untuk menyenangkan manusia dan mengikuti arus popularitas yang menyesatkan. Ini adalah momen kritis yang menunjukkan betapa rapuhnya manusia, bahkan seorang raja, jika tidak terus-menerus berpegang teguh pada prinsip ilahi.

Konsekuensi dari perbuatannya tidak lama datang. Tuhan mengutus nabi-nabi untuk memperingatkannya, tetapi ia dan para pemimpinnya mengabaikan firman Tuhan, bahkan membunuh Zakharia, anak Yoyada, yang berani menegur mereka di pelataran Bait Suci. Kemurtadan ini memicu murka Tuhan. Tuhan membiarkan tentara Aram menyerang Yehuda, mengalahkan dan melukai Yoas dengan parah, serta menjarah harta benda kerajaan dan Bait Suci. Ironisnya, mereka yang dulu menentangnya, kini bangkit melawannya.

Meskipun demikian, di akhir hayatnya, dan di tengah luka-luka yang dideritanya akibat serangan Aram, ada sedikit gambaran penebusan. Tawarikh mencatat bahwa ia "telah berbuat baik di mata TUHAN selama hidupnya, dan selama ia memerintah." Frasa ini bisa diartikan dalam dua cara: sebagian besar hidupnya dipenuhi kebaikan, atau bahwa ia diakui karena perbuatannya yang baik yang pernah dilakukannya, terutama di awal pemerintahannya di bawah bimbingan Yoyada. Pada akhirnya, ia dikuburkan di antara raja-raja, meskipun bukan di makam raja-raja yang paling terhormat, yang mungkin mencerminkan campuran dari kebaikan masa lalu dan kemurtadan masa tua.

Pelajaran dari 2 Tawarikh 24:16 ini sangat relevan bagi kita hari ini. Pertama, pentingnya memiliki penasihat yang saleh dan terus-menerus mencari bimbingan Tuhan. Kedua, kesetiaan kepada Tuhan bukanlah pencapaian sekali jadi, tetapi perjuangan yang harus terus menerus dipertahankan. Godaan untuk menyimpang dari jalan Tuhan selalu ada, baik dari diri sendiri maupun dari lingkungan sekitar. Akhir kisah Yoas mengingatkan kita bahwa meskipun Tuhan mengasihi dan mengampuni, setiap pilihan memiliki konsekuensi yang tidak dapat dihindari. Kebaikan di awal hidup atau pemerintahan tidak otomatis menjamin akhir yang mulia jika kesetiaan itu goyah di kemudian hari. Oleh karena itu, marilah kita belajar dari Yoas untuk tetap teguh dalam iman, memelihara hubungan yang erat dengan Tuhan, dan tidak pernah berhenti mencari kebenaran-Nya.