"Dan terjadilah, sesudah dia menjadi raja, bahwa imam-imam dan orang Lewi membuang segala berhala dan segala mezbah persembahan dan segala mezbah dupa dari seluruh Yehuda dan Benyamin, dan dari Efraim dan Manasye, dan dari seluruh Israel."
Ayat 2 Tawarikh 24:18 ini mencatat sebuah momen krusial dalam sejarah bangsa Israel, khususnya di masa pemerintahan Raja Yoas. Setelah sekian lama terperosok dalam penyembahan berhala dan praktik-praktik yang tidak berkenan di hadapan TUHAN, sebuah gerakan pemulihan yang signifikan mulai terjadi. Tindakan tegas dalam membuang segala bentuk berhala, mezbah persembahan asing, dan mezbah dupa dari seluruh wilayah kekuasaan Yehuda dan Benyamin, bahkan meluas ke wilayah utara yang pernah memisahkan diri, menunjukkan adanya komitmen baru untuk kembali kepada ketaatan kepada satu-satunya Allah.
Perintah ini datang dari TUHAN melalui nabi-nabi-Nya, namun inisiatif untuk melaksanakannya dengan penuh semangat tampaknya berasal dari Raja Yoas yang pada awalnya didorong oleh Imam Yoyada. Ini adalah sebuah pengingat kuat bahwa kepemimpinan yang saleh dan pengaruh rohani yang kuat sangat penting dalam mengarahkan umat kepada jalan yang benar. Pembersihan ini bukan sekadar tindakan simbolis; ini adalah deklarasi bahwa bangsa itu memilih untuk kembali beribadah hanya kepada TUHAN yang benar.
Tindakan seperti ini memerlukan keberanian dan tekad yang kuat. Berhala-berhala dan mezbah-mezbah yang disebutkan melambangkan penyimpangan iman yang telah merajalela. Membuangnya berarti secara aktif menolak segala sesuatu yang menggantikan posisi TUHAN dalam hati dan kehidupan masyarakat. Ini adalah sebuah proses penyucian kembali, sebuah langkah mundur dari kegelapan kesesatan menuju terang kebenaran ilahi.
Penting untuk dicatat bahwa pemulihan ini tidak hanya terbatas pada aspek lahiriah, tetapi juga menyentuh inti dari hubungan umat dengan Allah. Dengan menyingkirkan objek-objek penyembahan palsu, mereka membuka jalan bagi ibadah yang murni dan tulus kepada TUHAN. Ini adalah fondasi bagi kemakmuran rohani dan kesetiaan yang berkelanjutan. Ayat ini mengajarkan kita pentingnya menjaga kemurnian iman dan kesetiaan kepada TUHAN, serta kewajiban untuk menyingkirkan segala sesuatu yang dapat mengalihkan hati kita dari-Nya.
Kita melihat di sini sebuah teladan tentang bagaimana pembersihan dari praktik-praktik yang salah dapat membuka pintu bagi berkat dan kedekatan dengan Allah. Raja Yoas, dibimbing oleh para pemimpin rohani yang setia, berhasil menginspirasi suatu perubahan besar. Ini menegaskan bahwa pemulihan sejati selalu dimulai dari komitmen untuk menghormati dan mengutamakan TUHAN di atas segalanya. Semangat pembersihan dan pemulihan ini seharusnya menjadi pengingat bagi setiap generasi akan pentingnya menjaga kemurnian hati dan kesetiaan dalam ibadah kita kepada Allah.