2 Tawarikh 24:17 - Peringatan dan Konsekuensi Iman

"Sesudah masa Joas wafat, maka pergilah para pemomong Yehuda kepada raja, lalu raja menyuruh membunuh mereka itu."
Simbol Alkitab terbuka dengan cahaya menerangi

Kitab 2 Tawarikh dalam Alkitab mencatat perjalanan spiritual bangsa Israel, termasuk masa pemerintahan raja-raja mereka. Di pasal 24, kita membaca tentang raja Yoas, seorang pemimpin yang pada awalnya didorong untuk melakukan hal yang benar di mata Tuhan, terutama di bawah bimbingan imam besar Yoyada. Namun, seperti banyak pemimpin sepanjang sejarah, Yoas juga mengalami masa-masa di mana kesetiaan kepada Tuhan mulai memudar.

Ayat 2 Tawarikh 24:17 adalah sebuah pernyataan ringkas namun penuh makna mengenai konsekuensi dari sebuah keputusan atau tindakan yang melenceng dari jalan kebenaran. Setelah masa kepemimpinan raja Yoas berakhir—entah itu karena kematiannya atau berakhirnya masa baktinya yang signifikan—para pemomong Yehuda (para bangsawan atau penasihat kerajaan) bangkit dan bertindak. Perintah raja adalah untuk mengeksekusi mereka.

Apa yang mendorong para pemomong Yehuda ini bertindak sedemikian rupa? Konteks sebelumnya dalam pasal ini mengungkapkan bahwa setelah kematian Yoyada, para pemimpin Yehuda mendatangi raja Yoas. Mereka mulai menyembah tiang-tiang berhala dan menjadi kafir. Yoas, yang tampaknya telah dibimbing dengan baik oleh Yoyada, kini goyah imannya. Alkitab mencatat bahwa ia dan rakyatnya mengabaikan rumah TUHAN. Ketika Tuhan mengutus nabi-nabi untuk memperingatkan mereka dan membawa mereka kembali kepada-Nya, mereka tidak mau mendengarkan. Justru, atas usulan para pemimpin Yehuda, nabi Zakharia, anak Yoyada, dilempari batu hingga mati di pelataran rumah TUHAN.

Oleh karena itu, ayat 17 ini menjadi sebuah titik kulminasi dari pengabaian terhadap Tuhan dan penolakan terhadap peringatan-Nya. Tindakan kejam terhadap nabi Zakharia, yang merupakan konsekuensi dari upaya membawa mereka kembali kepada Tuhan, pada akhirnya berbalik menimpa para pemimpin yang mendorongnya. Ini adalah ilustrasi kuat mengenai prinsip sebab dan akibat dalam ketaatan dan ketidaktaatan kepada Tuhan. Ketika keadilan ilahi tiba, ia seringkali menyentuh mereka yang paling bertanggung jawab atas penyimpangan dan penganiayaan terhadap kebenaran.

Kisah ini mengingatkan kita bahwa iman bukanlah sesuatu yang statis. Ia membutuhkan pemeliharaan yang terus-menerus dan kesetiaan yang teguh. Sekalipun seseorang pernah berada di jalan yang benar, kemunduran spiritual dapat terjadi jika tidak ada kewaspadaan. Penolakan terhadap suara kebenaran, apalagi penindasan terhadap utusan Tuhan, selalu membawa konsekuensi. Ayat ini berfungsi sebagai pengingat abadi bagi setiap pemimpin dan setiap orang percaya, bahwa integritas moral dan kesetiaan kepada prinsip-prinsip ilahi adalah kunci untuk menghindari murka dan penghakiman.

Memahami 2 Tawarikh 24:17 membantu kita merefleksikan pentingnya kebenaran, keadilan, dan konsekuensi dari pilihan-pilihan kita di hadapan Tuhan. Ini adalah bagian dari narasi yang lebih besar tentang bagaimana Tuhan berinteraksi dengan umat-Nya, menunjukkan kesabaran-Nya, namun juga ketegasan-Nya dalam menjaga standar kebenaran-Nya.