2 TKR 24:21

2 Tawarikh 24:21 - Kesetiaan dalam Ujian

"Maka bangsalah umat itu menentang [Zekharia], lalu dengan perintah raja mereka melempari dia dengan batu di pelataran rumah TUHAN."

Ayat dari Kitab 2 Tawarikh pasal 24, ayat 21, menyajikan sebuah kisah yang dramatis dan memilukan tentang bagaimana kesetiaan terhadap Tuhan dapat berbenturan dengan penolakan dan kekerasan dari sesama. Peristiwa ini berpusat pada sosok Zekharia, seorang nabi yang diberi tugas ilahi untuk menyampaikan pesan peringatan dari Tuhan kepada umat-Nya. Dalam konteks sejarah Israel, para nabi sering kali menjadi suara kebenaran yang tak terhindarkan, mengingatkan umat tentang jalan yang benar dan konsekuensi dari penyimpangan. Namun, sejarah juga mencatat betapa seringnya pesan kenabian ini ditolak, bahkan dengan kekerasan.

Kisah Zekharia dalam ayat ini menggambarkan momen di mana penyampaian kebenaran ilahi justru berujung pada penindasan dan pembunuhan. Zekharia, sebagai anak Yoyada, imam besar pada masa pemerintahan Raja Yoas, seharusnya berada dalam posisi yang dihormati. Namun, ketika ia berdiri teguh menyampaikan firman Tuhan yang mengingatkan umat atas dosa-dosa mereka dan mendesak pertobatan, ia malah berhadapan dengan kemarahan yang membabi buta. Perintah raja, yang seharusnya melindungi rakyat, justru menjadi alat untuk membungkam suara kenabian. Pelontaran batu di pelataran rumah Tuhan menandakan sebuah kekejaman yang mengerikan, sebuah tindakan yang dilakukan di tempat yang seharusnya suci, menambah kedalaman tragedi ini.

Reaksi umat yang "bangsalad" dan perintah raja untuk membunuh Zekharia mencerminkan sebuah kegagalan moral dan spiritual yang mendalam. Ini bukan sekadar ketidaksepakatan, melainkan penolakan total terhadap otoritas Tuhan yang diwakili oleh nabi-Nya. Peristiwa ini menjadi pengingat yang kuat bahwa keberanian untuk membela kebenaran seringkali datang dengan harga yang mahal. Zekharia, dalam kesaksiannya, menjadi martir yang mengingatkan kita akan tantangan yang dihadapi oleh mereka yang berani berbicara melawan arus demi keadilan dan kebenaran ilahi. Ia adalah simbol dari kesetiaan terakhir, sebuah pengabdian pada firman Tuhan bahkan sampai pada titik kehilangan nyawa.

Kisah 2 Tawarikh 24:21 juga menyoroti pentingnya kepemimpinan yang saleh dan integritas moral dalam sebuah bangsa. Ketika seorang raja tunduk pada kehendak rakyat yang menyimpang atau memprioritaskan kekuasaan di atas kebenaran, maka ketidakadilan akan merajalela. Penolakan terhadap Zekharia bukan hanya penolakan terhadap seorang individu, tetapi penolakan terhadap teguran ilahi. Ini adalah gambaran umum tentang bagaimana sebuah masyarakat bisa berpaling dari Tuhan, menolak peringatan-Nya, dan pada akhirnya menanggung konsekuensinya. Ayat ini mengundang kita untuk merenungkan tentang sikap kita terhadap kebenaran dan kesediaan kita untuk mendengarkan suara Tuhan, bahkan ketika pesan-Nya mungkin sulit atau tidak populer. Kesetiaan Zekharia adalah warisan yang berharga, sebuah pengingat abadi tentang panggilan untuk hidup jujur dan berani di hadapan Tuhan dan sesama.