"Sesungguhnya, semua uang persembahan untuk rumah Allah yang dibawa orang ke dalam rumah TUHAN, yakni uang orang yang lewat untuk menebus dirinya, dan uang yang dibawa orang atas kemauannya sendiri untuk rumah TUHAN."
Ayat 2 Tawarikh 24:4 membawa kita pada sebuah momen penting dalam sejarah Kerajaan Yehuda, yaitu pada masa pemerintahan Raja Yoas. Setelah melewati masa-masa kegelapan dan penyembahan berhala yang dipengaruhi oleh ibunya, Atalya, pemerintahan Yoas menandai sebuah pemulihan yang signifikan. Salah satu fokus utama pemulihan ini adalah kembalinya umat kepada penyembahan yang benar kepada TUHAN, yang salah satu manifestasinya adalah melalui perawatan dan pembangunan kembali Bait Allah di Yerusalem.
Bait Allah, pusat ibadah dan kehadiran TUHAN bagi umat Israel, telah lama terbengkalai. Generasi-generasi sebelumnya, dan bahkan di awal masa pemerintahan Yoas, kurang memberikan perhatian yang semestinya terhadap tempat suci ini. Namun, Imam besar Yoyada, yang menjadi penasihat utama Raja Yoas, memimpin sebuah inisiatif besar untuk merevitalisasi Bait Allah. Ayat ini secara spesifik menjelaskan sumber pendanaan yang digunakan untuk tujuan mulia ini: semua uang persembahan yang dibawa ke dalam rumah TUHAN.
Penting untuk dicatat dua jenis persembahan yang disebutkan dalam ayat ini. Pertama, adalah "uang orang yang lewat untuk menebus dirinya." Ini bisa merujuk pada persembahan yang diwajibkan, seperti persembahan penebusan dosa atau persembahan lainnya yang ditetapkan dalam hukum Taurat. Ini menunjukkan adanya ketaatan dasar umat terhadap perintah-perintah Tuhan. Kedua, adalah "uang yang dibawa orang atas kemauannya sendiri untuk rumah TUHAN." Kategori ini menyoroti aspek kerelaan dan sukacita dalam memberi. Ini adalah persembahan yang didorong oleh kasih, rasa syukur, dan keinginan tulus untuk berkontribusi pada kemuliaan Tuhan dan pemeliharaan rumah-Nya.
Penggunaan kedua jenis persembahan ini secara bersamaan menekankan pendekatan yang komprehensif dalam mengumpulkan dana untuk Bait Allah. Ini bukan hanya tentang kewajiban, tetapi juga tentang partisipasi aktif dan penuh semangat dari seluruh umat. Raja Yoas, atas arahan Yoyada, memerintahkan untuk mengumpulkan uang ini dan menggunakannya secara transparan dan efisien untuk memperbaiki kerusakan Bait TUHAN. Kisah ini mengajarkan pentingnya menghargai dan merawat tempat ibadah, serta bagaimana partisipasi finansial, baik yang wajib maupun sukarela, dapat menjadi alat yang ampuh untuk membangun kembali dan memelihara iman.
Lebih dari sekadar perbaikan fisik, pemulihan Bait Allah ini mencerminkan pemulihan rohani umat. Ketika hati umat kembali tertuju kepada Tuhan, tindakan nyata seperti memberi persembahan untuk rumah-Nya akan mengikuti. Kisah Yoas ini memberikan teladan bagaimana kepemimpinan yang bijaksana dan partisipasi umat yang tulus dapat membawa pemulihan dan kemakmuran spiritual bagi suatu bangsa. Persembahan yang dibawa dengan berbagai alasan – penebusan diri dan kemauan sendiri – semuanya dihimpun untuk satu tujuan suci: menghormati dan memulihkan tempat kediaman TUHAN di bumi.