"Dan berkatalah raja Yoas dan bendahara kepada seluruh rakyat: 'Hendaklah kita membuat peti-peti kemah untuk bait TUHAN dan memperbaikinya, seperti yang diputuskan dalam hukum Musa.'"
Ayat 2 Tawarikh 24:8 membawa kita pada momen penting dalam sejarah Israel, yaitu masa pemerintahan raja Yoas. Setelah mengalami masa-masa sulit di bawah pengaruh Athalia, yang membawa penyembahan berhala dan kerusakan pada Bait Suci, muncul harapan baru dengan naiknya Yoas sebagai raja. Namun, seperti yang sering terjadi dalam kisah-kisah sejarah, godaan untuk kembali ke jalan yang salah selalu mengintai. Ayat ini mencatat sebuah keputusan krusial yang diambil oleh Raja Yoas bersama para bendaharanya, sebuah langkah yang menunjukkan kembalinya kesadaran akan pentingnya rumah Tuhan.
Fokus utama dari ayat ini adalah perintah untuk membuat peti-peti kemah baru dan memperbaiki Bait Suci. Ini bukanlah sekadar tugas renovasi biasa, melainkan sebuah respons terhadap keruntuhan spiritual dan fisik yang telah melanda tempat ibadah utama bagi umat Israel. Keberadaan peti-peti kemah, atau tabut perjanjian, yang merupakan lambang kehadiran Allah di tengah umat-Nya, membutuhkan sebuah wadah yang layak dan terhormat. Keterlambatan dan pengabaian terhadap pemeliharaan Bait Suci mencerminkan ketidakpedulian yang semakin meluas terhadap hubungan mereka dengan Tuhan.
Keputusan Raja Yoas ini sejalan dengan apa yang telah digariskan dalam hukum Musa. Hal ini menunjukkan sebuah upaya untuk mengembalikan bangsa Israel pada tatanan yang benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Para pemimpin, dalam hal ini Raja Yoas dan para bendaharanya, memegang peran penting dalam mengarahkan bangsa. Keputusan mereka untuk memprioritaskan perbaikan Bait Suci menandakan kesadaran akan tanggung jawab ilahi yang mereka emban. Ini adalah pengakuan bahwa kemakmuran dan keberlangsungan bangsa sangat erat kaitannya dengan hubungan mereka dengan Tuhan, dan rumah-Nya adalah pusat dari hubungan tersebut.
Peristiwa ini juga menjadi sebuah pengingat bahwa ketaatan kepada Tuhan bukanlah sesuatu yang bersifat sekali jadi, melainkan sebuah proses berkelanjutan. Meskipun Yoas memulai pemerintahannya dengan baik, sejarah selanjutnya dalam pasal yang sama menunjukkan bahwa ia sempat goyah. Ia sempat terpengaruh oleh para penguasa sekitar dan melupakan janji-janji serta perintah Tuhan. Pengingat ini penting bagi kita hari ini. Keteguhan hati dalam mengikuti jalan Tuhan, terutama dalam hal menghormati dan memelihara hubungan kita dengan-Nya, membutuhkan usaha yang konsisten.
Semangat untuk memperbaiki Bait Suci yang diutarakan dalam 2 Tawarikh 24:8 seharusnya menginspirasi kita untuk merefleksikan kondisi "rumah Tuhan" dalam hidup kita. Apakah hati kita, sebagai tempat tinggal Roh Kudus, terawat dengan baik? Apakah kita memberikan waktu dan perhatian yang cukup untuk memperdalam hubungan kita dengan Tuhan melalui doa, firman, dan persekutuan? Seperti halnya Bait Suci yang membutuhkan perbaikan dan pemeliharaan, hubungan kita dengan Tuhan juga memerlukan perhatian agar tetap kuat dan hidup. Keputusan Raja Yoas adalah langkah awal yang positif, namun keberlanjutan komitmenlah yang akan membawa berkat dan pemulihan sejati.
Ilustrasi sederhana Bait Suci dan wadah persembahan.