2 Tawarikh 25:15 - Kemenangan yang Bersumber Dari Tuhan

"Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap orang-orang Edom, karena mereka telah memerangi orang Yehuda dan menimbulkan kesombongan besar; maka TUHAN menghukum mereka."

KEMENANGAN ILAHI TUHAN

Ayat 2 Tawarikh 25:15 adalah sebuah pengingat kuat tentang bagaimana kemenangan sejati tidak pernah datang dari kekuatan semata atau strategi manusia, melainkan selalu bersumber dari campur tangan ilahi. Ayat ini menceritakan tentang murka Tuhan yang bangkit terhadap orang-orang Edom. Mengapa? Karena mereka telah melakukan kejahatan besar, yaitu memerangi bangsa Yehuda dan menimbulkan kesombongan serta keangkuhan di hati mereka. Tuhan, dalam kedaulatan-Nya, tidak membiarkan ketidakadilan dan kesombongan ini berlalu begitu saja; Ia menghukum mereka.

Konteks sejarah dari ayat ini seringkali dikaitkan dengan masa pemerintahan Raja Amazia dari Yehuda. Setelah meraih kemenangan gemilang atas orang Edom dalam sebuah pertempuran, Amazia menjadi sangat sombong. Ia bahkan membawa berhala-berhala dewa orang Edom ke Yerusalem dan menyembahnya, suatu tindakan yang sangat menentang firman Tuhan. Kesombongan ini, yang dipicu oleh keberhasilan militer, adalah akar dari murka Tuhan yang disebutkan dalam ayat ini. Ini menunjukkan bahwa bukan hanya tindakan agresi fisik yang mendatangkan hukuman Tuhan, tetapi juga sikap hati yang salah, seperti keangkuhan, yang timbul dari hasil pencapaian duniawi.

Kemenangan yang dicatat dalam Kitab Tawarikh seringkali memiliki dimensi rohani yang mendalam. Para penulis Kitab Tawarikh memiliki fokus teologis untuk menunjukkan bagaimana kesetiaan umat Israel kepada Tuhan berkorelasi dengan keberhasilan dan keselamatan mereka, sementara ketidaktaatan membawa konsekuensi negatif. Dalam kasus ini, kemenangan Amazia atas Edom seharusnya menjadi momen untuk lebih berserah dan berterima kasih kepada Tuhan. Namun, ia justru jatuh dalam kesombongan, sebuah jebakan yang umum bagi banyak pemimpin dan bangsa sepanjang sejarah.

Pesan dari 2 Tawarikh 25:15 sangat relevan bagi kita hari ini. Dalam dunia yang seringkali mengagungkan pencapaian pribadi, kekayaan, dan kekuatan, kita bisa dengan mudah tergelincir ke dalam jebakan kesombongan. Ketika kita berhasil dalam karier, bisnis, atau kehidupan pribadi, mudah untuk merasa bahwa itu semua adalah hasil dari kerja keras dan kecerdasan kita sendiri, tanpa mengakui anugerah dan penyertaan Tuhan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap kemenangan, sekecil apapun, adalah anugerah ilahi.

Lebih jauh lagi, ayat ini mengajarkan kita bahwa Tuhan membenci kesombongan. Ia memberikan anugerah kepada orang yang rendah hati, tetapi menentang orang yang angkuh. Kemenangan yang datang tanpa kerendahan hati dan rasa syukur adalah kemenangan yang rapuh dan bisa berujung pada kehancuran. Sebaliknya, kemenangan yang kita raih dengan hati yang berserah kepada Tuhan akan membawa berkat sejati, bukan hanya bagi diri kita, tetapi juga bagi orang-orang di sekitar kita. Mari kita selalu ingat bahwa kekuatan dan kemenangan berasal dari Tuhan, dan kesombongan adalah jalan menuju kehancuran. Marilah kita menjaga hati kita tetap rendah hati dan selalu bersyukur atas setiap anugerah-Nya.