Aminas, raja Yehuda, dan Amazia, putranya. Pada awal pemerintahannya, Hizkia, putra Yosia, naik takhta di Yehuda. Ia menjadi raja pada usia dua puluh lima tahun dan memerintah di Yerusalem selama dua puluh sembilan tahun. Ibunya bernama Abiya, putri Zakharia.
Hizkia melakukan apa yang benar di mata Tuhan, sama seperti ayahnya, Daud. Ia membuang mezbah-mezbah berhala dan patung-patung dewa asing yang disembah oleh leluhurnya. Ia juga menghancurkan tiang-tiang berhala dan mematahkan patung-patung Asyera. Perintahnya adalah agar umat Yehuda melayani Tuhan semata. Di bawah kepemimpinannya, ibadah kepada Tuhan dipulihkan dan Bait Suci diperbaiki. Ia menata para imam dan orang Lew untuk menjalankan tugas mereka sesuai dengan ketetapan Daud.
Selama masa pemerintahan Hizkia, bangsa Israel banyak menderita karena serangan dari bangsa Asyur. Namun, dengan iman dan permohonan kepada Tuhan, Hizkia berhasil melepaskan Yehuda dari ancaman. Ia menunjukkan keberanian dan keteguhan iman yang luar biasa, bahkan dalam menghadapi kesulitan terbesar sekalipun. Kisah Hizkia mengingatkan kita akan pentingnya kesetiaan kepada Tuhan dan harapan yang dapat kita temukan dalam doa dan kepercayaaan kepada-Nya, bahkan di tengah badai kehidupan.
Uziah, raja Yehuda yang setia. Selanjutnya, pasal 26 menceritakan tentang Uziah, putra Amazia, yang menjadi raja Yehuda pada usia enam belas tahun dan memerintah selama lima puluh dua tahun di Yerusalem. Ibunya bernama Yekolya dari Yerusalem.
Uziah, seperti ayahnya, Hizkia, juga berusaha melakukan apa yang benar di mata Tuhan. Ia sangat kuat dan bijaksana, serta melakukan banyak hal untuk memperkuat kerajaan Yehuda. Ia memperbaiki kota Yerusalem, memperkuat tembok-temboknya, dan membangun menara-menara pertahanan. Ia juga mengembangkan pertanian, membangun tempat-tempat penampungan air, dan memiliki pasukan yang kuat. Uziah juga menata kembali administrasi kerajaan dan mendorong perkembangan ilmu pengetahuan serta pertanian.
Namun, puncak dari kisah Uziah adalah kehormatannya di mata Tuhan. Ia membangun pasukan yang gagah berani, yang berjumlah ratusan ribu prajurit. Ia juga menciptakan berbagai macam alat perang yang canggih untuk mempertahankan kota dan menyerang musuh. Keberhasilan dan kemakmuran yang ia raih membuat namanya dikenal luas.
Namun, di akhir masa pemerintahannya, Uziah menjadi sombong. Ia memasuki Bait Suci Tuhan dan berusaha membakar ukupan di mezbah dupa, yang merupakan tugas khusus para imam. Tindakan ini adalah pelanggaran serius terhadap hukum Tuhan. Sebagai hukuman, Tuhan mengutuknya dengan kusta, dan ia harus hidup terasing sampai akhir hayatnya. Kisah Uziah ini memberikan pelajaran penting tentang bahaya kesombongan dan pentingnya tetap rendah hati serta mematuhi batasan-batasan yang ditetapkan Tuhan, bahkan ketika seseorang telah mencapai puncak kesuksesan.
Kedua pasal ini, 2 Tawarikh 25 dan 26, memberikan gambaran tentang raja-raja Yehuda yang berusaha menaati Tuhan, meskipun tidak luput dari kesalahan. Mereka menunjukkan bahwa kesetiaan kepada Tuhan membawa berkat dan perlindungan, namun kesombongan dan ketidaktaatan akan mendatangkan murka dan hukuman. Pelajaran dari Hizkia dan Uziah tetap relevan bagi kita hingga kini.