Ayat dari Kitab Nehemia pasal 6, ayat 2, ini menyajikan sebuah momen krusial dalam kisah pembangunan kembali tembok Yerusalem di bawah kepemimpinan Nehemia. Ancaman yang dihadapi bukan lagi berupa serangan fisik langsung, melainkan sebuah taktik licik yang bertujuan untuk menghentikan pekerjaan melalui manipulasi dan penipuan.
Intrik Musuh yang Tersembunyi
Sanbalat, gubernur Samaria, dan Zefanya, seorang tokoh penting dari Yehuda yang tampaknya membelot, bersekongkol untuk menjebak Nehemia. Mereka tidak lagi berani menghadapi Nehemia secara terbuka karena ia telah menunjukkan ketegasan dan keberanian dalam menghadapi berbagai rintangan. Sebaliknya, mereka mencoba merayu Nehemia dengan sebuah ajakan yang tampak damai dan bersahabat: "Mari, mari kita bertemu bersama di salah satu desa di dataran Ono."
Dataran Ono sendiri memiliki arti penting. Lokasinya yang strategis di dekat Yerusalem, namun cukup terpencil, memberikan kesempatan bagi Sanbalat dan sekutunya untuk melaksanakan rencana jahat mereka tanpa banyak saksi. Ajakan ini dirancang untuk membujuk Nehemia agar meninggalkan posisinya yang aman di Yerusalem dan keluar dari perlindungan tembok yang sedang dibangun.
Niat Jahat di Balik Senyuman Palsu
Namun, Nehemia, yang dianugerahi hikmat dari Tuhan, tidak mudah tertipu. Ayat tersebut secara tegas menyatakan: "Tetapi mereka bermaksud jahat kepadaku." Ini menunjukkan bahwa Nehemia tidak hanya melihat tawaran tersebut dari permukaannya, tetapi mampu menembus niat sebenarnya di balik ajakan itu. Para musuh tidak menginginkan perdamaian sejati atau dialog yang konstruktif. Tujuan mereka adalah melumpuhkan kepemimpinan Nehemia dan menghentikan pembangunan tembok yang semakin hari semakin kokoh.
Rencana mereka kemungkinan besar adalah menangkap Nehemia ketika ia berada di luar benteng pertahanan, atau membunuhnya di sana. Dengan hilangnya Nehemia, seluruh semangat dan momentum pembangunan akan padam, dan pekerjaan yang sudah mencapai tahap penting akan terhenti selamanya. Ini adalah strategi yang umum digunakan oleh musuh-musuh Allah sepanjang sejarah: menghentikan pekerjaan-Nya bukan dengan kekuatan senjata, tetapi dengan kelihaian dan tipu daya.
Pelajaran Berharga untuk Masa Kini
Kisah Nehemia 6:2 mengajarkan kita beberapa pelajaran penting. Pertama, pentingnya kewaspadaan terhadap musuh yang bersembunyi di balik penampilan ramah. Tidak semua tawaran yang terdengar baik berasal dari niat yang baik. Kita perlu menggunakan hikmat rohani untuk membedakan antara ajakan yang tulus dan yang mengandung jebakan.
Kedua, kita diingatkan untuk tetap setia pada panggilan dan tugas yang Tuhan berikan. Nehemia tidak membiarkan dirinya teralihkan atau tergoda oleh bujukan musuh. Ia fokus pada pekerjaan Tuhan, yaitu pembangunan tembok yang menjadi simbol keamanan dan identitas umat Allah. Dalam kehidupan rohani kita, seringkali ada godaan dan tawaran yang mengalihkan perhatian dari tujuan utama pelayanan kita kepada Tuhan.
Ketiga, keberanian dan iman adalah kunci untuk menghadapi tipu daya. Nehemia tidak gentar. Ia mengandalkan Tuhan dalam setiap langkahnya. Meskipun menghadapi ancaman yang tersembunyi, ia tetap teguh. Kisah ini menjadi pengingat bahwa dalam menghadapi berbagai bentuk perlawanan, baik yang terang-terangan maupun yang terselubung, kita dipanggil untuk berdiri teguh dalam iman, memohon hikmat Tuhan, dan terus melanjutkan pekerjaan yang telah dipercayakan kepada kita.
Dengan menolak ajakan palsu tersebut, Nehemia berhasil menggagalkan rencana jahat para musuhnya dan melanjutkan pembangunan tembok Yerusalem hingga selesai, sebuah pencapaian monumental yang menunjukkan kekuatan ketekunan dan iman di hadapan kesulitan yang kompleks. Mengerti Nehemia 6:2 membantu kita memahami bahwa pertempuran rohani seringkali bukan hanya tentang kekuatan fisik, tetapi juga tentang kecerdasan, keteguhan hati, dan kepekaan terhadap tipu daya musuh.