2 Tawarikh 29 17: Hati yang Tulus untuk Pemulihan Bait Allah

"Dan mereka mula-mula membawa benda-benda yang dikuduskan oleh Hizkia, raja Yehuda, karena roh TUHAN telah ada pada mereka." (2 Tawarikh 29:17)
Simbol pemulihan dan kesucian

Ayat 2 Tawarikh 29:17 membawa kita ke sebuah momen krusial dalam sejarah bangsa Israel, yaitu masa pemerintahan Raja Hizkia. Ayat ini menekankan pentingnya hati yang tulus dan motivasi yang benar dalam melakukan pekerjaan Tuhan, terutama dalam hal pemulihan dan pemurnian Bait Allah. Setelah periode kebejatan rohani di bawah pemerintahan ayahnya, Ahas, Hizkia bangkit sebagai raja yang berkomitmen untuk mengembalikan umat kepada ibadah yang benar kepada TUHAN.

Kisah lengkap di pasal 29 ini menggambarkan bagaimana Hizkia memerintahkan para imam dan orang Lewi untuk membersihkan dan menguduskan kembali Bait TUHAN yang telah dinajiskan. Mereka bekerja keras, membuang segala kekejian, dan mengembalikan fungsinya sebagai tempat ibadah yang layak. Di tengah pekerjaan pemulihan yang monumental ini, ayat 17 muncul sebagai kunci pemahaman: "Dan mereka mula-mula membawa benda-benda yang dikuduskan oleh Hizkia, raja Yehuda, karena roh TUHAN telah ada pada mereka."

Perkataan "roh TUHAN telah ada pada mereka" bukanlah sekadar pernyataan pasif, melainkan indikasi adanya daya dorong ilahi yang menggerakkan hati para pelaku. Ini berarti pemulihan Bait Allah bukanlah semata-mata hasil dari perintah raja atau kerja keras manusia, tetapi buah dari pengaruh kuat Roh Kudus yang memperbaharui dan mengarahkan mereka. Hati mereka telah diperlembut dan diperbaharui, sehingga muncul kerinduan yang mendalam untuk memuliakan Tuhan melalui pelayanan.

Ada beberapa poin penting yang dapat kita renungkan dari ayat ini. Pertama, pentingnya inisiatif dari para pemimpin. Hizkia tidak menunggu semuanya beres, ia mengambil langkah pertama yang berani untuk memulihkan ibadah. Kedua, peran Roh Kudus dalam motivasi. Benda-benda yang dikuduskan Hizkia menjadi alat yang efektif karena dikerjakan oleh orang-orang yang digerakkan oleh Roh Tuhan. Ketiga, kesucian sebagai prioritas. Pemulihan fisik Bait Allah harus disertai dengan pemurnian hati dan tindakan.

Dalam konteks kehidupan kita sekarang, ayat ini mengingatkan bahwa setiap pelayanan, setiap usaha untuk memuliakan Tuhan, haruslah didasari oleh hati yang tulus dan dipimpin oleh Roh Kudus. Bukan hanya tentang ritual atau tugas yang diselesaikan, tetapi tentang keadaan hati yang dipersembahkan kepada-Nya. Ketika roh TUHAN ada pada kita, motivasi kita akan berubah, prioritas kita akan diluruskan, dan pekerjaan kita akan membawa kemuliaan bagi nama-Nya. Biarlah kita senantiasa memohon agar Roh Tuhan bekerja dalam hati kita, menginspirasi dan menggerakkan kita untuk melakukan kehendak-Nya dengan penuh semangat dan ketulusan, seperti para pelayan di masa Hizkia yang memulihkan Bait Allah.