Kitab Tawarikh memberikan gambaran yang kaya tentang sejarah bangsa Israel, khususnya terkait dengan pembangunan dan pemeliharaan Bait Suci di Yerusalem. Dalam pasal 3 ayat 13, kita menemukan sebuah detail spesifik mengenai kemegahan dan keagungan Bait Allah yang dibangun oleh Raja Salomo. Ayat ini menyebutkan tentang posisi dan rentangan tangan kerub, malaikat penjaga yang sangat penting dalam desain tabernakel dan Bait Suci.
Ayat "Maka terbukalah tangan Querub pada tempatnya, dua puluh hasta jauhnya satu dari yang lain" bukanlah sekadar deskripsi arsitektur. Ini adalah petunjuk visual mengenai dimensi spiritual dan simbolis dari tempat kehadiran Allah. Kerub, dengan sayapnya yang terentang, melambangkan kekudusan dan penjagaan atas hadirat Allah. Jarak dua puluh hasta antara kedua kerub menunjukkan keluasan dan kemuliaan ruang Mahakudus, tempat Tabut Perjanjian berada, yang menjadi pusat ibadah Israel.
Pembangunan Bait Allah merupakan puncak dari upaya Salomo untuk mewujudkan visi Daud, ayahnya, untuk mendirikan rumah bagi TUHAN. Ini bukan sekadar bangunan fisik, melainkan representasi konkret dari perjanjian Allah dengan umat-Nya. Kemegahan Bait Suci, termasuk detail seperti kerub-kerub besar ini, dirancang untuk membangkitkan rasa hormat, kekaguman, dan kesadaran akan kebesaran Allah.
Perlu diingat bahwa Bait Allah bukanlah rumah bagi Allah dalam arti harfiah bahwa Dia terbatas di dalamnya. Sebaliknya, Bait Allah adalah tempat di bumi di mana hadirat-Nya dinyatakan secara khusus, tempat umat-Nya dapat datang untuk beribadah, berdoa, dan mencari pengampunan. Kehadiran kerub dengan sayap terentang ke atas dan ke arah tengah ruangan menunjukkan perlindungan dan kemuliaan yang meliputi mezbah di hadapan takhta Allah.
Detail seperti jarak dua puluh hasta ini juga dapat dilihat sebagai perbandingan dengan kemegahan yang akan datang. Dalam konteks Perjanjian Baru, Yesus Kristus adalah Bait Allah yang sesungguhnya. Kemuliaan-Nya jauh melampaui kemegahan Bait Suci di Yerusalem. Melalui Dia, kita memiliki akses langsung kepada Allah Bapa, bukan lagi melalui perantara seorang imam besar di dalam ruang Mahakudus, melainkan melalui iman kepada Anak Domba Allah.
Mempelajari ayat seperti 2 Tawarikh 3:13 mengingatkan kita akan pentingnya kekudusan dalam ibadah dan keseriusan kita dalam mendekati Tuhan. Ini juga menyoroti tujuan Allah untuk memiliki tempat di mana Ia dapat berdiam di antara umat-Nya, sebuah janji yang digenapi sepenuhnya dalam pribadi Yesus Kristus. Kemegahan Bait Allah kuno adalah bayangan dari kemuliaan kekal yang disediakan bagi kita melalui iman.