"Lagi pula Ia membuat seribu lima ratus keping emas seribu lima ratus keping perak dan seribu lima ratus keping tembaga, untuk melapisi dinding Rumah Allah."
Ilustrasi dinding Bait Allah yang dihiasi lapisan mulia.
Ayat Kitab Suci 2 Tawarikh 3:8 menggambarkan kemewahan dan keagungan Bait Allah yang dibangun pada masa Raja Salomo. Frasa "seribu lima ratus keping emas, seribu lima ratus keping perak, dan seribu lima ratus keping tembaga" menunjukkan betapa luar biasanya perhatian yang diberikan untuk memperindah rumah ibadah tersebut. Ini bukan sekadar bangunan fisik, melainkan sebuah monumen yang memancarkan kemuliaan Tuhan.
Penggunaan material-material berharga seperti emas, perak, dan tembaga bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk meninggikan nama Tuhan. Emas melambangkan kesucian dan kemurnian ilahi, perak melambangkan penebusan dan keadilan, sementara tembaga sering kali dikaitkan dengan kekuatan dan pengorbanan. Kombinasi ketiganya menciptakan harmoni visual yang mencerminkan sifat-sifat Tuhan yang sempurna.
Bait Allah di Yerusalem bukanlah sekadar bangunan megah, melainkan tempat di mana kehadiran Tuhan dinyatakan secara khusus. Kemegahan arsitekturnya, termasuk lapisan emas, perak, dan tembaga, bertujuan untuk menimbulkan rasa hormat dan kekaguman yang mendalam bagi setiap orang yang masuk. Ini adalah pengingat visual akan kebesaran dan kesucian Tuhan yang tidak tertandingi.
Perikop ini juga mengajarkan kita tentang nilai persembahan. Salomo tidak ragu untuk menggunakan kekayaan yang diberikan Tuhan kepadanya untuk membangun rumah bagi Sang Pencipta. Ini menunjukkan prinsip bahwa apa yang kita miliki, baik materi maupun talenta, seharusnya digunakan untuk memuliakan Tuhan. Dalam konteks masa kini, ini dapat berarti memberikan yang terbaik dari sumber daya kita untuk pelayanan gereja, misi, atau pekerjaan Tuhan lainnya.
Keindahan Bait Allah bukan hanya pada lapisan emas dan perak, tetapi pada makna spiritual yang dikandungnya. Ini adalah tempat pertemuan antara manusia dan Tuhan, tempat pengampunan, dan tempat penyembahan. Ayat 2 Tawarikh 3:8, dengan detailnya tentang bahan pelapis, mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita juga dapat "menghiasi" kehidupan iman kita, tidak hanya dengan penampilan luar, tetapi dengan hati yang tulus, pengabdian yang setia, dan kasih yang memancar. Penggunaan warna-warna cerah dan sejuk dalam representasi visual ini mencoba menangkap nuansa kecerahan dan harapan yang seharusnya terpancar dari sebuah tempat ibadah yang mulia.
Melalui kemegahan Bait Allah, Tuhan ingin umat-Nya belajar melihat keindahan dalam kekudusan-Nya dan memahami betapa pentingnya menghormati tempat di mana Ia berdiam. Hal ini juga menjadi teladan bagi kita untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga memberikan yang terbaik bagi pekerjaan Tuhan.