2 Tawarikh 33:3 - Kejatuhan dan Pertobatan Manasye

2 Tawarikh 33:3

Sebab ia membangun kembali bukit-bukit pengorbanan yang telah dibinasakan oleh Hizkia, ayahnya; ia mendirikan mezbah-mezbah untuk Baal, membuat patung Asyera, dan sujud menyembah kepada segala tentara langit, dan beribadah kepada mereka.

Konteks Sejarah dan Makna Ayat

Ayat 2 Tawarikh 33:3 merupakan bagian dari narasi mengenai pemerintahan Raja Manasye dari Yehuda. Manasye menggantikan ayahnya, Hizkia, yang dikenal sebagai raja yang saleh dan membawa pembaruan rohani di Yehuda. Namun, Manasye menempuh jalan yang berlawanan. Ayat ini secara gamblang menggambarkan langkah-langkah regresi rohani yang diambilnya segera setelah naik takhta. Ia bukan hanya mengabaikan warisan kesalehan ayahnya, tetapi secara aktif memulihkan praktik-praktik penyembahan berhala yang telah diberantas oleh Hizkia.

Frasa "membangun kembali bukit-bukit pengorbanan" menunjukkan upaya sistematis untuk menghidupkan kembali tempat-tempat ibadah ilahi yang telah dimurnikan. Bukit-bukit pengorbanan ini sering kali diasosiasikan dengan penyembahan kepada dewa-dewa asing dan praktik-praktik yang tidak berkenan di mata TUHAN. Lebih jauh lagi, Manasye mendirikan mezbah untuk Baal, dewa kesuburan Kanaan, dan membuat patung Asyera, yang merupakan dewi kesuburan dan ibu. Simbol-simbol ini sangat umum dalam agama-agama Kanaan dan sering kali diasosiasikan dengan ritual-ritual yang bersifat amoral dan pagan.

Puncak dari kemurtadan Manasye yang digambarkan dalam ayat ini adalah "sujud menyembah kepada segala tentara langit, dan beribadah kepada mereka." Penyembahan kepada benda-benda langit seperti matahari, bulan, dan bintang-bintang adalah praktik umum di Timur Dekat kuno. Praktik ini dianggap sebagai bentuk penolakan total terhadap kedaulatan TUHAN dan penyerahan diri kepada kekuatan alam atau entitas ilahi lain yang dianggap mengendalikan nasib manusia. Ayat ini menjadi titik awal dalam gambaran betapa jauhnya Manasye terjerumus ke dalam penyembahan berhala, sebuah dosa yang mendatangkan murka TUHAN atas Yehuda.

Meskipun ayat ini menyoroti kesalahan Manasye, kisah lengkapnya dalam 2 Tawarikh pasal 33 juga mencatat bagaimana ia kemudian ditawan oleh Asyur dan di tempat penawanan, ia merendahkan diri dan bertobat. Pertobatan Manasye ini menjadi bukti nyata bahwa bahkan di tengah kegelapan dosa yang paling dalam, harapan akan pengampunan dan pemulihan dari TUHAN selalu ada bagi mereka yang mau berbalik kepada-Nya dengan tulus. Ayat ini, oleh karena itu, tidak hanya berfungsi sebagai peringatan tentang bahaya penyembahan berhala, tetapi juga sebagai lambang potensial dari pemulihan ilahi melalui pertobatan.

Simbol Pohon Kehidupan Bercabang dengan Akar yang Kuat TUHAN Berhala Berhala Pertobatan