2 Tawarikh 31:11

"Lalu Hizkia memerintahkan orang untuk menyiapkan bilik-bilik di rumah TUHAN. Dan mereka menyiapkannya."

Kisah Hizkia, seorang raja Yehuda yang saleh, banyak menginspirasi. Dalam pasal 31 Kitab 2 Tawarikh, kita menyaksikan bagaimana ia mengembalikan ibadah yang murni kepada Tuhan setelah masa-masa kelalaian. Salah satu tindakan krusialnya adalah perintah untuk menyiapkan bilik-bilik di rumah Tuhan, seperti yang tercatat dalam ayat 11: "Lalu Hizkia memerintahkan orang untuk menyiapkan bilik-bilik di rumah TUHAN. Dan mereka menyiapkannya."

Perintah ini bukanlah sekadar instruksi administratif biasa. Ini adalah langkah strategis yang menunjukkan prioritas Hizkia yang tinggi terhadap pemeliharaan dan penyelenggaraan ibadah kepada Tuhan. Rumah Tuhan, yaitu Bait Suci di Yerusalem, adalah pusat kehidupan rohani bangsa Israel. Bilik-bilik yang disiapkan kemungkinan besar berfungsi untuk berbagai keperluan penting: penyimpanan persembahan persepuluhan dan persembahan sukarela, tempat bagi para imam dan orang Lewi, serta mungkin juga untuk menyimpan peralatan ibadah.

Menariknya, ayat ini menekankan kata "menyiapkannya". Ini menyiratkan bahwa tindakan tersebut tidak hanya sekadar mengeluarkan perintah, tetapi juga memastikan bahwa perintah itu dilaksanakan dengan tuntas. Ini adalah gambaran kepemimpinan yang efektif dan berintegritas, yang tidak hanya berbicara tetapi juga bertindak dan memastikan tindakan itu membuahkan hasil. Hizkia tidak hanya menginginkan pembaruan rohani, tetapi juga sarana fisik yang memadai untuk menopangnya.

Dalam konteks spiritual, menyiapkan bilik-bilik ini dapat diartikan sebagai upaya mempersiapkan hati dan kehidupan kita untuk menerima dan mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan. Ini berarti membersihkan ruang hati dari hal-hal yang tidak berkenan, menyediakan tempat khusus untuk doa dan perenungan firman, serta siap untuk memberikan persembahan – baik waktu, talenta, maupun materi – kepada pekerjaan Tuhan. Ketika rumah Tuhan diperlakukan dengan hormat dan dipelihara dengan baik, hal itu mencerminkan penghargaan yang mendalam kepada Sang Pemiliknya.

Implementasi dari perintah ini menunjukkan ketaatan yang luar biasa dari para pelaksana. Frasa "Dan mereka menyiapkannya" menunjukkan bahwa perintah raja tidak diabaikan, melainkan segera dan berhasil dilaksanakan. Ini adalah bukti kolaborasi yang baik antara pemimpin dan umatnya, yang semuanya memiliki tujuan yang sama: memuliakan Tuhan. Kemakmuran dan ketenangan yang dialami bangsa Yehuda di bawah pemerintahan Hizkia banyak berkaitan dengan ketaatan mereka kepada Tuhan dan pemeliharaan ibadah mereka.

Kisah ini mengingatkan kita bahwa iman kepada Tuhan tidak hanya diungkapkan dalam perasaan atau kata-kata, tetapi juga dalam tindakan nyata yang menunjukkan pengabdian dan penghormatan. Menyiapkan "bilik-bilik" dalam kehidupan kita untuk Tuhan adalah sebuah investasi rohani yang berharga. Ketika kita menyediakan ruang dan sumber daya untuk Tuhan, kita sedang membangun fondasi yang kokoh bagi pertumbuhan rohani kita dan kesaksian kita kepada dunia. Hizkia dan umatnya telah memberikan contoh teladan yang patut kita renungkan dan aplikasikan dalam kehidupan kita saat ini.