"Dan mereka mulai mempersembahkan persembahan persepuluhan dan persembahan-persembahan lain ke dalam rumah TUHAN, yang telah mereka tetapkan untuk tugas itu, dan mereka membawa banyak sekali persembahan."
Ilustrasi visual persembahan yang melimpah dan diberkati.
Ayat emas dari 2 Tawarikh 31:12 ini membawa pesan yang kuat tentang pentingnya ketaatan umat Tuhan dalam memberikan persepuluhan dan persembahan lainnya. Kisah ini berlatar belakang pada masa pemerintahan Raja Hizkia yang saleh, di mana ia mengembalikan ibadah yang benar di Yerusalem setelah masa kelam di bawah raja-raja sebelumnya. Hizkia tidak hanya memimpin dalam pemulihan ibadah, tetapi juga memberikan teladan dalam mendorong umat untuk memberikan kembali kepada Tuhan dari apa yang telah dikaruniakan kepada mereka.
Frasa "mereka membawa banyak sekali persembahan" adalah gambaran yang hidup tentang bagaimana ketaatan menghasilkan kelimpahan. Ini bukan hanya tentang kuantitas, tetapi lebih kepada respons hati yang tulus. Ketika umat Allah memberikan dengan sukarela dan setia, mereka mengalami berkat yang luar biasa. Berkat ini tidak selalu bersifat materi semata, tetapi juga mencakup berkat rohani, kedamaian, sukacita, dan perasaan dipelihara oleh Tuhan.
Memberikan persepuluhan dan persembahan adalah tindakan pengakuan bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan. Ini adalah cara untuk menghormati kedaulatan-Nya atas hidup kita dan segala yang kita miliki. Dalam konteks ayat ini, persembahan tersebut digunakan untuk menopang pelayanan Bait Allah, yaitu para imam dan orang Lewi yang bertugas melayani umat. Ini menunjukkan bahwa pemberian kita memiliki tujuan mulia dan mendatangkan kebaikan bagi seluruh komunitas.
Meskipun konteks sejarahnya adalah Perjanjian Lama, prinsip yang terkandung dalam 2 Tawarikh 31:12 tetap relevan hingga kini. Ajaran tentang persepuluhan dan pemberian yang sukarela adalah bagian integral dari kehidupan kekristenan yang taat. Memberikan kembali kepada Tuhan dari berkat yang kita terima adalah ekspresi iman, rasa syukur, dan keyakinan bahwa Tuhan akan terus memelihara dan bahkan melipatgandakan apa yang kita berikan. Ketika kita taat dalam hal ini, kita membuka diri untuk mengalami berkat-berkat Tuhan yang tak terduga dalam berbagai aspek kehidupan kita.
Mari kita renungkan bagaimana kita menerapkan prinsip ini dalam kehidupan kita. Apakah pemberian kita didasari oleh hati yang rela dan sukacita, ataukah hanya kewajiban? Dengan meneladani Hizkia dan umatnya dalam ketaatan dan pemberian, kita dapat mengalami kehidupan yang lebih kaya, baik secara spiritual maupun dalam berbagai aspek kehidupan yang lain, yang pada akhirnya memuliakan nama Tuhan.