Kisah Raja Amon tercatat dalam Kitab 2 Tawarikh pasal 33, ayat 1. Ayat ini menjadi gerbang pembuka untuk memahami masa pemerintahan Amon, seorang raja yang mewarisi takhta Yehuda. Pada usianya yang masih muda, dua puluh dua tahun, ia mengambil alih tampuk kepemimpinan di Yerusalem dan memerintah selama lima tahun.
Meskipun ayat pembuka ini memberikan fakta kronologis yang sederhana, latar belakang kisah Amon jauh lebih kelam. Ia adalah putra dari Raja Manasye, salah satu raja Yehuda yang paling jahat dalam sejarah. Manasye dikenal karena melakukan banyak kemurtadan, mendirikan mezbah bagi dewa-dewa asing, dan bahkan mengorbankan anak-anaknya di api. Pengaruh dosa dan penyembahan berhala yang kental dalam lingkungan istana serta masyarakat Yehuda pada masa itu, tampaknya juga meresap dalam diri Amon.
Pemerintahan Amon, meskipun singkat, tidak memberikan secercah harapan bagi pemulihan spiritual bangsa Yehuda. Sebaliknya, ia justru melanjutkan jalan kebejatan ayahnya. 2 Tawarikh 33:2-9 menggambarkan secara rinci bagaimana Amon melakukan hal-hal yang jahat di mata TUHAN. Ia mendirikan kembali mezbah-mezbah untuk dewa-dewa asing yang telah dihancurkan oleh ayahnya sebelum ia bertobat. Ia juga membawa patung-patung berhala ke dalam Bait TUHAN, menodai tempat kudus yang seharusnya hanya untuk menyembah Allah Israel. Amon tampaknya tidak belajar dari contoh buruk yang diperlihatkan ayahnya, justru ia semakin terjerumus dalam dosa.
Kejahatan Amon tidak hanya terbatas pada tindakan pribadi, tetapi juga memengaruhi seluruh negeri. Ia mendorong bangsanya untuk berbuat jahat lebih banyak daripada generasi sebelumnya. Hal ini menunjukkan betapa besar dampaknya seorang pemimpin, terutama ketika ia tidak memegang teguh prinsip-prinsip kebenaran ilahi. Bangsa yang dipimpinnya terdorong untuk meninggalkan TUHAN dan meniru kebejatan raja mereka.
Meskipun hanya memerintah selama lima tahun, dampak negatif dari pemerintahan Amon terasa sangat signifikan. Ia meninggalkan jejak yang kelam dalam sejarah Israel, menjadi contoh nyata bagaimana penyembahan berhala dan kejahatan dapat merusak sebuah bangsa. Kisahnya menjadi pengingat penting akan konsekuensi dari keputusan seorang pemimpin yang berpaling dari jalan Tuhan dan bagaimana hal itu dapat membawa kehancuran bagi rakyatnya. Ayat 2 Tawarikh 33:1, meskipun sederhana, membuka pintu untuk memahami tragedi yang lebih besar dalam pemerintahan Amon.