Ayat 2 Tawarikh 33:10, meskipun ringkas, menyimpan makna mendalam tentang panggilan ilahi dan respons manusia. Ayat ini merupakan bagian dari narasi tentang Raja Manasye dari Yehuda, seorang raja yang catatan sejarahnya dipenuhi dengan kejahatan dan penyembahan berhala yang parah. Namun, di tengah kegelapan yang ia ciptakan, Tuhan tidak pernah sepenuhnya meninggalkan umat-Nya, bahkan ketika mereka berpaling jauh dari-Nya.
Manasye memerintah selama 55 tahun, dan sebagian besar masa pemerintahannya diwarnai oleh tindakan yang sangat tidak berkenan di mata Tuhan. Ia mendirikan mezbah-mezbah untuk Baal, membuat patung Asyera, menyembah seluruh khalayak langit, dan bahkan mempersembahkan anak-anaknya dalam api di lembah Ben-Hinom. Kejahatan yang dilakukannya melampaui raja-raja sebelumnya, menenggelamkan Yehuda dalam kemurtadan yang dalam. Tindakan-tindakannya adalah pemberontakan langsung terhadap perjanjian yang telah dibuat Tuhan dengan Israel.
Namun, 2 Tawarikh 33:10 mengungkapkan sebuah titik kritis. Di tengah segala kejahatan yang ia lakukan, Tuhan masih mengirimkan peringatan kepada Manasye dan kaumnya. Peringatan ini bisa datang dalam berbagai bentuk: melalui para nabi-Nya, melalui peristiwa-peristiwa yang mengerikan, atau bahkan melalui bisikan hati nurani. Intinya adalah, Tuhan tidak membiarkan kejahatan merajalela tanpa memberikan kesempatan untuk pertobatan. Ini adalah bukti keagungan kasih dan kesabaran Tuhan. Dia adalah Tuhan yang berkehendak agar semua orang bertobat dan memperoleh kehidupan.
Sayangnya, ayat ini juga mencatat konsekuensi yang menyedihkan: "Tetapi mereka tidak mengindahkannya." Ini adalah gambaran tragis tentang hati yang telah mengeras dalam dosa. Ketika manusia terus-menerus menolak suara Tuhan, kemampuan mereka untuk mendengar dan merespons kebenaran menjadi semakin tumpul. Mereka memilih jalan kehancuran, mengabaikan peringatan yang diberikan demi kenikmatan sesaat atau kekuasaan yang penuh dosa.
Kisah Manasye, bagaimanapun, tidak berhenti di sini. Meskipun ia dan kaumnya tidak mengindahkan peringatan awal, Tuhan, dalam belas kasihan-Nya yang luar biasa, memberikan kesempatan kedua. Dalam 2 Tawarikh 33:11-13, diceritakan bahwa Manasye akhirnya ditawan oleh bangsa Asyur dan dibawa ke Babel. Di dalam penjara, dalam penderitaan, ia akhirnya merendahkan diri dan berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan. Dan Tuhan mendengar seruannya, mengembalikannya ke takhtanya di Yerusalem. Setelah itu, Manasye mulai memulihkan ibadah kepada Tuhan, menghancurkan berhala-berhala, dan memimpin umatnya kembali ke jalan yang benar.
Pesan dari 2 Tawarikh 33:10, ketika dilihat dalam konteks keseluruhan pasal ini, adalah pengingat yang kuat bahwa Tuhan selalu berbicara kepada kita, bahkan di saat-saat tergelap kita. Dia memberikan peringatan, memberikan kesempatan untuk berbalik. Keputusan untuk mengindahkannya atau tidak sepenuhnya ada pada kita. Kegagalan untuk mengindahkan peringatan Tuhan membawa konsekuensi yang serius, tetapi belas kasihan-Nya selalu tersedia bagi mereka yang mau merendahkan hati dan mencari-Nya.
Renungkanlah panggilan Tuhan dalam hidup Anda hari ini. Jangan biarkan hati Anda menjadi keras. Carilah Dia, dan Dia akan ditemukan.