2 Tawarikh 33:6 - Penyesalan dan Pengampunan

"Ia menyesuaikan banyak berhala, dan membuat patung ukiran, dan menempatkannya di Bait TUHAN, yang tentangnya TUHAN berfirman kepada Daud dan kepada Salomo, anaknya: "Di Bait inilah dan di Yerusalem, yang telah Kupilih dari segala suku Israel, akan Kudirikan nama-Ku untuk selama-lamanya."

Kisah Manasye dan Titik Balik Hidup

Ayat dari Kitab 2 Tawarikh pasal 33, ayat 6, menggambarkan salah satu titik tergelap dalam sejarah Kerajaan Yehuda, yaitu ketika Raja Manasye berkuasa. Manasye dikenal sebagai raja yang paling jahat dalam sejarah Israel. Ia tidak hanya menyembah berhala, tetapi juga membawa praktik-praktik penyembahan yang najis ke dalam Bait Suci di Yerusalem, tempat yang telah dikhususkan untuk penyembahan kepada TUHAN. Tindakan ini adalah pelanggaran berat terhadap perjanjian antara Allah dan umat-Nya.

Manasye mendirikan mezbah-mezbah untuk dewa-dewa asing, mengorbankan anak-anaknya di lembah Ben-Hinom, dan bahkan menempatkan patung dewa-dewa itu di dalam Bait TUHAN itu sendiri. Ini adalah penghinaan yang luar biasa terhadap kekudusan Allah dan perintah-Nya yang jelas untuk tidak membuat patung atau menyembah ilah lain. Ayat ini secara spesifik menyoroti betapa jauhnya Manasye menyimpang dari jalan kebenaran, bahkan sampai mencemari tempat yang paling suci.

Namun, kisah Manasye tidak berakhir di situ. Meskipun dosa-dosanya sangat besar, Kitab 2 Tawarikh juga mencatat tentang penyesalan mendalam yang kemudian melanda raja ini. Ketika ia ditawan oleh orang Asyur dan dibawa ke Babel, dalam keadaan tertekan dan putus asa, Manasye akhirnya merendahkan diri dan mencari TUHAN. Ia berdoa dengan sungguh-sungguh, memohon pengampunan dari Allah.

Pelajaran tentang Pengampunan dan Pemulihan

Keajaiban dalam kisah Manasye adalah respons Allah terhadap doanya. Meskipun Manasye telah berbuat keji selama bertahun-tahun, Allah mendengarkan permohonannya. Ia memulihkan Manasye ke takhtanya di Yerusalem, dan sejak saat itu, Manasye menjadi raja yang berbeda. Ia menghapus berhala-berhala yang telah ia dirikan, memperbaiki mezbah TUHAN, dan menyerukan agar umat Yehuda kembali menyembah TUHAN.

Ayat 2 Tawarikh 33:6 ini menjadi pengingat yang kuat tentang betapa mengerikannya dosa dan bagaimana dosa dapat mencemari tempat yang kudus. Namun, cerita Manasye secara keseluruhan mengajarkan pelajaran yang lebih besar tentang sifat Allah yang pengasih dan penuh belas kasihan. Sekalipun manusia telah jatuh begitu dalam, jika ada penyesalan yang tulus dan keinginan untuk kembali kepada-Nya, Allah siap mengampuni dan memulihkan. Ini adalah pesan harapan yang abadi bagi setiap individu yang bergumul dengan kesalahan dan dosa.

Kisah ini mendorong kita untuk merenungkan pentingnya kesetiaan kepada Allah, menjauhi segala bentuk penyembahan berhala modern, dan menjaga kekudusan hati serta tempat ibadah kita. Di sisi lain, ia juga memberikan kepastian bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar bagi pengampunan Allah jika kita datang kepada-Nya dengan hati yang hancur dan bertobat.

"TUHAN Allah nenek moyangmu adalah Allahmu!"