Ayat 2 Tawarikh 34:16 ini merupakan sebuah momen krusial dalam narasi pemulihan umat Israel, khususnya di bawah kepemimpinan Raja Yosia. Peristiwa ini terjadi ketika kitab Taurat, yang telah lama hilang atau terabaikan, ditemukan kembali oleh Imam Besar Hilkia di dalam Bait Suci yang sedang direnovasi. Penemuan ini bagaikan menemukan kembali permata yang hilang, sebuah kunci untuk memahami kembali kehendak Allah dan arah yang harus dituju oleh bangsa itu.
Yosia, yang pada usia muda sudah memerintah Kerajaan Yehuda, menunjukkan ketaatan dan kerinduan yang mendalam akan kebenaran ilahi. Ketika lembaran-lembaran kuno itu dibacakan di hadapannya, ia terperangah mendengar perkataan-perkataan yang tertulis, menyadari betapa jauhnya mereka telah menyimpang dari perintah Allah. Reaksinya bukanlah sekadar penyesalan, melainkan sebuah tindakan nyata yang menunjukkan kesungguhan hatinya untuk memulihkan hubungan dengan Tuhan. Ia merobek pakaiannya, sebuah simbol duka dan pertobatan mendalam, dan memerintahkan agar firman yang baru ditemukan itu dipegang teguh oleh seluruh bangsa.
Ayat spesifik ini, "Dan semua emas dan perak yang didapatkannya di rumah TUHAN, ditumpukkannya di hilir, dan ditangannya ada emas yang diberikannya itu, dari Yerusalem dan dari Yehuda dan dari Efraim dan dari Manasye," menggambarkan bagaimana Yosia tidak hanya mengembalikan firman Tuhan secara spiritual, tetapi juga secara material. Emas dan perak yang mungkin selama ini digunakan untuk upacara-upacara penyembahan berhala atau disimpan sebagai kekayaan pribadi, kini diarahkan untuk memperlancar kembali pelayanan di Bait Suci dan meneguhkan kembali otoritas firman Tuhan. Ini menunjukkan bahwa pemulihan sejati melibatkan seluruh aspek kehidupan, baik rohani maupun jasmani.
Penemuan dan pengembalian firman Tuhan oleh Yosia menjadi pengingat berharga bagi kita semua. Di era modern ini, kita memiliki akses yang luar biasa terhadap Alkitab melalui berbagai media. Namun, seringkali firman Tuhan hanya menjadi sekadar bacaan rutin atau pengetahuan intelektual. Ayat 2 Tawarikh 34:16 mengajak kita untuk merenungkan kembali: seberapa dalam firman Tuhan tertanam dalam hati kita? Apakah kita sudah mengembalikannya ke posisi sentral dalam hidup kita, seperti yang dilakukan Yosia? Apakah kita rela mengalokasikan sumber daya (waktu, tenaga, materi) untuk memelihara dan menyebarkan kebenaran firman Tuhan, bahkan jika itu berarti mengubah prioritas kita?
Kisah Yosia menegaskan bahwa ketaatan pada firman Tuhan tidak hanya membawa berkat pribadi, tetapi juga berkat bagi seluruh komunitas. Pemulihan spiritual yang ia pimpin membawa periode kedamaian dan kemakmuran bagi Yehuda. Ini adalah bukti bahwa ketika kita menjadikan firman Tuhan sebagai kompas hidup kita, kita akan diarahkan pada jalan yang benar, penuh berkat, dan bermakna. Jadikanlah penemuan kembali firman Tuhan sebagai pengalaman pribadi yang terus-menerus, bukan hanya sekali, melainkan setiap hari.