2 Tawarikh 34:19 - Ketaatan Raja Yosia

"Ketika raja mendengar perkataan kitab Taurat itu, ia mengoyakkan pakaiannya."

Kisah Raja Yosia yang tercatat dalam 2 Tawarikh 34:19 adalah sebuah momen penting dalam sejarah Kerajaan Yehuda. Ayat ini berbunyi, "Ketika raja mendengar perkataan kitab Taurat itu, ia mengoyakkan pakaiannya." Peristiwa ini terjadi ketika Imam Besar Hilkia menemukan Kitab Hukum, yang kemudian dibacakan di hadapan Raja Yosia. Penemuan ini menjadi titik balik yang signifikan dalam pemulihan iman dan ibadah di Yehuda, setelah sekian lama dilanda kemerosotan spiritual.

Raja Yosia naik takhta pada usia yang masih sangat muda, delapan tahun. Meskipun demikian, di bawah bimbingannya, Yerusalem dan seluruh wilayah Yehuda mengalami pemulihan yang luar biasa. Yosia tidak hanya memperbaiki kondisi fisik kota dan Bait Allah, tetapi juga melakukan reformasi rohani yang mendalam. Tindakan mengoyakkan pakaian yang digambarkan dalam ayat ini bukanlah sekadar reaksi emosional biasa. Mengoyakkan pakaian di zaman itu merupakan tanda kesedihan, penyesalan, dan kesadaran akan kesalahan yang mendalam. Yosia menyadari betapa jauhnya bangsanya telah menyimpang dari perintah-perintah Allah, dan ia merasa bertanggung jawab atas kemerosotan moral dan spiritual yang terjadi.

Pembacaan Kitab Taurat itu membawa Yosia kepada pemahaman yang jelas tentang kehendak Allah. Ia melihat betapa pentingnya ketaatan terhadap hukum Tuhan, dan bagaimana pelanggaran terhadap hukum tersebut membawa murka dan hukuman ilahi. Reaksi Yosia menunjukkan kerendahan hatinya di hadapan Tuhan. Ia tidak bersikap defensif atau menolak kebenaran yang pahit, melainkan menerimanya dengan penuh kesadaran dan penyesalan. Ini adalah sebuah teladan kepemimpinan yang patut dicontoh: seorang pemimpin yang bersedia mengakui kesalahan, baik pribadi maupun bangsanya, dan mengambil tindakan nyata untuk memperbaikinya.

Reformasi yang dipimpin oleh Yosia menjadi sangat komprehensif. Ia memerintahkan agar semua berhala dan tempat-tempat penyembahan dewa-dewa asing dihancurkan. Ia mengembalikan ibadah kepada TUHAN menjadi pusat kehidupan bangsa. Pengajaran mengenai hukum Taurat juga diperbaharui. Tindakan Yosia ini mencerminkan pemahamannya bahwa pemulihan sejati harus dimulai dari hati dan iman kepada Allah. Kisah ini mengajarkan kepada kita pentingnya terus menerus mempelajari dan merenungkan Firman Tuhan. Tanpa pengetahuan akan kehendak Allah, sangat mudah bagi kita, baik secara individu maupun kolektif, untuk tersesat dan menyimpang dari jalan kebenaran.

Reaksi Yosia yang dramatis saat mendengar Firman Tuhan juga menyoroti kekuatan Firman itu sendiri. Kitab Taurat, yang diyakini sebagai firman yang diilhamkan Allah, memiliki kekuatan untuk menyadarkan, mengubah hati, dan memimpin kepada pertobatan. Bagi Yosia, ini bukan hanya perintah tertulis, melainkan panggilan hidup yang menuntut respons penuh. Ini adalah pengingat bagi kita bahwa Firman Tuhan bukanlah sekadar bacaan, melainkan panduan hidup yang memiliki otoritas ilahi. Ia mampu menyingkapkan kebenaran, menyoroti dosa, dan menawarkan jalan pemulihan. Raja Yosia menjadi contoh nyata bagaimana ketaatan terhadap Firman Tuhan, bahkan ketika itu membawa kesadaran akan kegagalan, dapat mengarah pada pemulihan dan berkat ilahi.