2 Tawarikh 34:20 - Penemuan Kitab Taurat dan Pembaruan Raja Yosia

"Lalu raja menyuruh orang pergi dan mencari hukum TUHAN, TUHAN Allah Israel, yang telah ditulis oleh Musa." (2 Tawarikh 34:20, terjemahan bebas berdasarkan konteks ayat)
Penemuan Kembali Firman Tuhan Raja Yosia dan Kitab Taurat yang Hilang

Kisah yang tercatat dalam 2 Tawarikh pasal 34, khususnya ayat 20, membawa kita pada momen krusial dalam sejarah Kerajaan Yehuda: penemuan kembali Kitab Taurat di tengah-tengah pembaruan rohani yang dipimpin oleh Raja Yosia. Yosia, seorang raja muda yang naik takhta pada usia delapan tahun, dikenal karena kesetiaannya kepada Tuhan dan upayanya untuk memulihkan ibadah yang benar di Yerusalem setelah masa kegelapan rohani yang diwariskan oleh raja-raja sebelumnya, seperti ayahnya, Amon, dan kakeknya, Manasye. Manasye, khususnya, terkenal karena mempraktikkan penyembahan berhala yang masif dan bahkan menempatkan patung dewa-dewa asing di Bait Allah.

Dalam upaya pemulihan, Yosia memerintahkan perbaikan dan pembersihan Bait Allah. Ketika Imam Besar Hilkia menemukan Kitab Hukum (Taurat) yang telah lama terlupakan di dalam Bait TUHAN, hal ini menjadi titik balik yang luar biasa. Hilkia kemudian menyerahkan kitab tersebut kepada Safan, seorang juru tulis, yang kemudian membacakan isinya di hadapan raja. Mendengar firman Tuhan yang dibacakan—kemungkinan besar memuat peringatan tentang hukuman ilahi bagi umat yang tidak taat serta janji berkat bagi yang taat—Yosia diliputi kesedihan mendalam dan keraguan diri. Pakaiannya disobek sebagai tanda penyesalan atas ketidaktaatan nenek moyangnya dan bangsa Israel secara umum terhadap perintah-perintah Tuhan yang tertulis dalam kitab suci tersebut.

Respons Raja Yosia Terhadap Firman Tuhan

Ayat 20 menyatakan bahwa raja memerintahkan orang untuk mencari hukum TUHAN. Ini menunjukkan keseriusan dan kedalaman respons Yosia. Ia tidak hanya mendengar, tetapi ia ingin memahami lebih lanjut dan memastikan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Perintah ini bukan sekadar mencari dokumen fisik, tetapi mencari kebenaran ilahi yang telah lama terabaikan. Yosia sadar bahwa pembaruan yang sesungguhnya harus didasarkan pada hukum dan firman Tuhan yang murni.

Respons Yosia sangat berbeda dengan banyak raja sebelumnya yang lebih mengutamakan kesenangan duniawi atau kekuasaan politik. Ia memanggil para tua-tua Yehuda dan Yerusalem, serta para imam dan nabi, untuk berkumpul di Bait TUHAN. Di hadapan mereka semua, Yosia membacakan seluruh perkataan kitab hukum yang telah ditemukannya itu. Hal ini menunjukkan transparansi dan keinginan untuk menyertakan seluruh lapisan masyarakat dalam pembaruan rohani. Tindakan ini adalah bukti konkret dari komitmen Yosia untuk hidup sesuai dengan firman Tuhan dan membawa bangsanya kembali ke jalan yang benar.

Lebih jauh lagi, Yosia membuat perjanjian di hadapan TUHAN untuk mengikut TUHAN, memelihara perintah-perintah-Nya, kesaksian-kesaksian-Nya, dan ketetapan-ketetapan-Nya dengan segenap hatinya dan segenap jiwanya, dan untuk melakukan perkataan perjanjian yang tertulis dalam kitab itu. Ini adalah komitmen pribadi yang kuat dan tekad untuk memimpin bangsanya dalam ketaatan yang tulus. Kisah ini menggarisbawahi pentingnya memelihara dan menaati firman Tuhan dalam kehidupan individu maupun kolektif. Penemuan kembali Kitab Taurat di bawah pemerintahan Raja Yosia menjadi tonggak sejarah pemulihan spiritual yang mendalam bagi Kerajaan Yehuda, menunjukkan bahwa ketika umat Tuhan kembali kepada firman-Nya, pemulihan dan berkat dapat terjadi.