Lalu Imam Besar Hilkia berkata kepada juru tulis Safan: "Aku telah menemukan kitab Taurat itu di rumah TUHAN." Maka Hilkia memberikan kitab itu kepada Safan.
Kisah penemuan kitab Taurat di Bait Suci oleh Imam Besar Hilkia, sebagaimana tercatat dalam 2 Tawarikh 34:18, merupakan momen krusial dalam sejarah bangsa Israel. Di tengah masa pemerintahan Raja Yosia yang diwarnai dengan pembaruan rohani, penemuan ini menjadi semacam "titik balik" yang memperdalam pemahaman dan implementasi hukum Tuhan. Penemuan ini bukan hanya sekadar menemukan kembali sebuah dokumen kuno, melainkan mengembalikan fondasi spiritual bagi seluruh umat.
Ketika Yosia naik takhta, ia masih muda belia. Namun, semangatnya untuk memperbaiki keadaan spiritual umat Israel sungguh luar biasa. Ia memerintahkan pembersihan Bait Allah dari segala berhala dan praktik penyembahan asing yang telah merajalela. Dalam proses pembersihan dan perbaikan inilah, kitab Taurat ditemukan. Ini menunjukkan bahwa kesungguhan hati untuk kembali kepada Tuhan akan selalu membuka jalan bagi pemulihan dan pencerahan.
Penemuan kitab Taurat ini memiliki dampak yang mendalam bagi Raja Yosia dan seluruh bangsa. Ketika kitab itu dibacakan kepadanya, Yosia menyadari betapa jauhnya bangsa Israel telah menyimpang dari perintah-perintah Tuhan. Kesedihan yang mendalam melandanya, dan ia merobek pakaiannya sebagai tanda pertobatan. Ini adalah respons yang autentik terhadap Firman Tuhan. Yosia tidak hanya mendengar, tetapi ia merespons dengan hati yang hancur dan berduka atas dosa-dosa bangsanya.
Langkah selanjutnya yang diambil Yosia adalah mengumpulkan seluruh tokoh bangsa, para imam, nabi, dan seluruh rakyat, dari yang besar sampai yang kecil. Ia membacakan semua perkataan kitab perjanjian itu di telinga mereka. Inilah esensi dari pemulihan: Firman Tuhan tidak hanya disimpan, tetapi diperdengarkan, dipahami, dan diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Yosia bertekad untuk menegakkan kembali hukum-hukum Tuhan yang telah lama terabaikan.
Penting untuk dicatat bahwa penemuan ini terjadi di dalam rumah TUHAN. Ini menggarisbawahi bahwa tempat ibadah seharusnya menjadi pusat kehidupan rohani umat, tempat di mana Firman Tuhan dijaga, diajarkan, dan dipraktikkan. Ketika tempat-tempat ibadah menjadi steril dari penyembahan berhala dan fokus kembali pada Tuhan, penemuan-penemuan rohani yang berharga akan semakin mungkin terjadi.
Kisah 2 Tawarikh 34:18 mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan memelihara Firman Tuhan dalam kehidupan kita. Sama seperti Yosia, kita dipanggil untuk memiliki hati yang haus akan kebenaran Tuhan. Ketika kita dengan tulus mencari dan mendengarkan Firman-Nya, kita akan menemukan panduan, penghiburan, dan kekuatan untuk hidup sesuai kehendak-Nya. Pembaruan rohani selalu dimulai dari kembalinya kita pada fondasi ajaran Tuhan, yaitu kitab suci-Nya. Penemuan kitab Taurat oleh Hilkia adalah awal dari sebuah kebangunan rohani yang luar biasa di bawah kepemimpinan Raja Yosia.