Ayat 2 Tawarikh 35:2 memberikan gambaran singkat namun bermakna tentang persiapan Raja Hizkia untuk merayakan Paskah. Ini bukan sekadar perayaan biasa, melainkan sebuah momen penting yang menunjukkan kembali ketaatan umat Israel kepada hukum Tuhan setelah periode penyembahan berhala yang panjang.
Raja Hizkia, yang dikenal sebagai salah satu raja paling saleh di Yehuda, telah memimpin pemurnian Bait Suci dan mengembalikan ibadah yang benar kepada TUHAN. Langkah selanjutnya yang logis dan krusial adalah mengembalikan perayaan Paskah, sebuah peringatan pembebasan dari perbudakan di Mesir, yang merupakan inti dari identitas dan iman bangsa Israel. Ayat ini secara spesifik menyoroti pentingnya peran orang Lewi, kaum yang ditugaskan untuk pelayanan di Bait Suci, dalam mempersiapkan perayaan tersebut.
Kata "persiapkanlah" dalam ayat ini sangat penting. Ini menyiratkan sebuah proses yang terencana dan penuh tanggung jawab. Orang Lewi tidak hanya diminta untuk hadir, tetapi mereka harus mempersiapkan diri dan berbagai aspek ibadah. Ini mencakup menyembelih domba Paskah, memercikkan darahnya di mezbah, serta mempersiapkan seluruh perlengkapan dan ritual yang diperlukan sesuai dengan Kitab Taurat yang diberikan oleh Musa. Ketaatan terhadap "ketetapan Tuhan kepada Musa" menegaskan bahwa perayaan ini harus dilaksanakan dengan standar ilahi, bukan dengan kebiasaan manusiawi atau tradisi yang telah menyimpang.
Perayaan Paskah pada masa Hizkia ini adalah peristiwa yang luar biasa. Kitab 2 Tawarikh mencatat bahwa perayaan ini tidak pernah dirayakan sedemikian rupa sejak zaman Nabi Salomo. Banyak orang dari utara Israel, yang sebelumnya telah tercerai-berai akibat penaklukan Asyur, juga ikut ambil bagian dalam sukacita ini. Hal ini menunjukkan dampak positif dari kepemimpinan yang taat kepada Tuhan, yang tidak hanya membawa pemulihan rohani bagi kerajaan Yehuda, tetapi juga menjadi berkat bahkan bagi saudara-saudara mereka di utara.
Lebih dari sekadar ritual keagamaan, Paskah adalah pengingat akan kasih setia Tuhan dan karya penebusan-Nya. Dengan mempersiapkan orang Lewi untuk melaksanakan ibadah ini, Raja Hizkia memastikan bahwa makna Paskah sebagai peringatan pembebasan dari dosa dan kematian akan kembali ditekankan. Ini adalah ajakan untuk menghidupkan kembali iman, merayakan anugerah, dan berkomitmen untuk hidup dalam ketaatan kepada firman Tuhan. Ayat ini, meskipun singkat, menjadi fondasi penting untuk memahami pemulihan spiritual yang terjadi di bawah pemerintahan Hizkia.