Kitab 2 Tawarikh pasal 35 ayat 20 mengisahkan sebuah peristiwa penting dalam sejarah Kerajaan Yehuda, yaitu konfrontasi antara Raja Yosia yang saleh dengan Nekho, raja Mesir. Peristiwa ini terjadi setelah Yosia menyelesaikan pemulihan dan pembaruan Bait Allah yang telah lama terbengkalai, sebuah tindakan yang mencerminkan semangat keagamaan dan kepeduliannya terhadap hukum Tuhan. Dalam konteks sejarah, pembaruan ini merupakan bagian dari gerakan kebangunan rohani yang dipimpinnya, mengembalikan umat Israel kepada ketaatan kepada Allah.
Simbol peringatan kekuasaan dan kebangkitan.
Tindakan Raja Nekho untuk maju ke utara melawan Kar Kharim (yang diyakini merujuk pada kota Karkhemish di tepi Sungai Efrat, pusat kekuasaan Asyur pada masa itu) menunjukkan bahwa Mesir sedang berusaha untuk memperluas pengaruhnya dan merebut kembali posisi strategisnya di kawasan tersebut. Karkhemish merupakan wilayah yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Asyur, dan dengan jatuhnya Asyur, terjadi perebutan kekuasaan di antara kekuatan-kekuatan regional.
Posisi Kerajaan Yehuda menjadi dilematis. Sebagai kerajaan kecil yang terletak di antara kekuatan-kekuatan besar seperti Mesir dan Babilonia (yang kemudian bangkit menggantikan Asyur), Yehuda seringkali terpaksa memihak atau menjadi medan pertempuran. Raja Yosia, yang dikenal sebagai penguasa yang taat hukum Tuhan, tampaknya tidak ingin terlibat dalam konflik perebutan kekuasaan antar bangsa. Namun, ketika pasukan Mesir melewati wilayah Yehuda, Yosia merasa berkewajiban untuk menghadapi mereka, mungkin untuk melindungi kedaulatan kerajaannya atau menjaga ketertiban di wilayahnya.
Dalam ayat selanjutnya (2 Tawarikh 35:21), diceritakan bahwa Nekho mengirim utusan kepada Yosia, yang isinya adalah peringatan agar Yosia tidak ikut campur dalam urusan Mesir. Nekho menegaskan bahwa tujuannya bukan untuk melawan Yehuda, melainkan untuk memerangi musuh di utara. Namun, Yosia memilih untuk melawan. Kisah ini seringkali diinterpretasikan sebagai tragedi besar, di mana Yosia yang berusaha memulihkan kebaikan di negerinya justru terperangkap dalam intrik politik internasional dan menemui ajalnya dalam pertempuran di Megido melawan pasukan Nekho. Kematian Yosia merupakan pukulan telak bagi Yehuda, mengakhiri masa keemasan yang telah dibangunnya, dan membuka jalan bagi kemunduran politik serta spiritual kerajaan tersebut yang akhirnya berujung pada pembuangan ke Babilonia. Peristiwa ini menjadi pengingat akan kompleksitas sejarah dan betapa sulitnya bagi bangsa yang taat untuk bertahan di tengah kekuatan dunia yang seringkali kejam dan egois.