Perayaan Paskah - Sukacita Umat

Ilustrasi suasana perayaan dan sukacita

2 Tawarikh 35:5

"Berdirilah kamu di tempatmu yang ditentukan dan bagikanlah domba Paskah itu kepada kaum keluarga dan kepada orang-orang Lewi, supaya mereka membawanya kepada anak-anak kaum keluarga itu untuk dipersembahkan."

Ayat ini, yang diambil dari kitab 2 Tawarikh pasal 35, ayat 5, membawa kita pada momen penting dalam sejarah bangsa Israel, yaitu perayaan Paskah di bawah kepemimpinan Raja Hizkia. Perintah yang disampaikan dalam ayat ini bukan sekadar instruksi teknis, melainkan sebuah pengingat akan kedalaman makna dan penyelenggaraan ibadah yang penuh ketelitian dan kasih. Paskah, sebagai perayaan kelepasan dari perbudakan Mesir, adalah momen untuk mengingat kembali karya besar Tuhan dan pentingnya persatuan umat dalam merayakan anugerah tersebut.

Dalam konteks 2 Tawarikh 35, Raja Hizkia telah memulihkan ibadah yang tertinggal dan kini fokus pada perayaan Paskah yang sesuai dengan ketetapan. Ayat 5 secara spesifik menunjukkan pembagian tugas yang jelas. Orang-orang Lewi, yang bertanggung jawab dalam pelayanan Bait Allah, berperan sebagai perantara. Mereka diperintahkan untuk mendistribusikan domba Paskah kepada "kaum keluarga" dan kemudian kepada "anak-anak kaum keluarga itu untuk dipersembahkan". Ini menunjukkan sebuah rantai penyelenggaraan yang rapi, memastikan bahwa setiap elemen ibadah dapat terlaksana dengan baik.

Lebih dari sekadar logistik, ayat ini menyiratkan pentingnya keterlibatan seluruh lapisan masyarakat dalam perayaan iman. Dari keluarga hingga generasi muda, semua diajak untuk berpartisipasi aktif. Domba Paskah, sebagai simbol pengorbanan dan penebusan, adalah inti dari perayaan ini. Dengan membagikannya secara terorganisir, Hizkia memastikan bahwa setiap rumah tangga, setiap individu, dapat mengambil bagian dalam pengorbanan dan sukacita Paskah. Ini adalah gambaran komunitas yang bersatu padu dalam iman, saling melayani demi kebaikan bersama dalam penyembahan kepada Tuhan.

Perintah untuk "berdirilah kamu di tempatmu yang ditentukan" juga mengandung makna disiplin dan ketertiban dalam beribadah. Setiap orang memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Ketertiban ini bukan untuk mengekang, melainkan untuk memastikan kelancaran dan kekhidmatan acara yang sakral. Ini adalah pelajaran berharga bagi kita tentang bagaimana persatuan dan pengaturan yang baik dapat membawa dampak positif yang luar biasa dalam setiap aspek kehidupan, terutama dalam persekutuan rohani.

Ketika kita merenungkan 2 Tawarikh 35:5, kita melihat sebuah teladan tentang bagaimana iman yang dipraktikkan secara terorganisir dan melibatkan seluruh umat dapat membawa sukacita dan penguatan spiritual. Ini adalah panggilan bagi kita untuk tidak hanya mengingat peristiwa sejarah, tetapi juga untuk menghidupi nilai-nilai persatuan, pelayanan, dan ketaatan dalam kehidupan sehari-hari. Perayaan Paskah, seperti yang digambarkan dalam ayat ini, menjadi momen yang berharga untuk merefleksikan kembali makna pengorbanan dan kebebasan yang telah dianugerahkan. Sukacita yang tulus lahir dari hati yang bersyukur dan terorganisir dalam menyambut serta merayakan karya penyelamatan Tuhan.