2 Tawarikh 36:21 - Penggenapan Nubuat dan Pembaharuan Harapan

"Dengan maksud untuk menggenapi firman TUHAN dengan mulut Yeremia, sampai tanah itu pulih daripada sabat-sabathnya. Selama ditonggakkannya, ia beristirahat untuk menggenapi ketujuh puluh tahun."
Tergenapi & Pulih

Ayat 2 Tawarikh 36:21 merupakan sebuah kesimpulan yang penting dalam catatan sejarah Israel kuno. Ayat ini secara gamblang menyatakan bahwa masa pembuangan ke Babel yang berlangsung selama tujuh puluh tahun adalah penggenapan dari nubuat yang telah disampaikan oleh Nabi Yeremia. Pembuangan ini bukan sekadar hukuman atau kejadian acak, melainkan sebuah konsekuensi ilahi yang terencana, sesuai dengan firman Tuhan yang telah dinyatakan sebelumnya. Pengulangan frasa "menggenapi firman TUHAN" menekankan kedaulatan dan kesetiaan Tuhan dalam menepati janji-Nya, baik janji penghukuman maupun janji pemulihan.

Fokus utama dari ayat ini adalah konsep "pemulihan tanah" dan "istirahat yang dinikmati tanah." Selama tujuh puluh tahun tersebut, tanah Yehuda tidak diolah oleh bangsa Israel. Praktik ini merupakan cerminan dari ketidaktaatan mereka terhadap hukum Sabat Tuhan. Hukum ini memerintahkan agar setiap tahun ketujuh tanah diistirahatkan, dan setiap tahun keempat puluh sembilan, diikuti tahun kelima puluh yang merupakan tahun Yobel, di mana tanah dikembalikan kepada pemilik aslinya dan budak dibebaskan. Israel telah mengabaikan hukum ini selama berabad-abad, membiarkan tanah beristirahat hanya sesekali atau bahkan tidak sama sekali.

Akibat dari ketidaktaatan ini adalah tanah itu sendiri yang akhirnya "menikmati sabat-sabatnya." Tujuh puluh tahun pembuangan adalah cara Tuhan untuk memberikan istirahat yang seharusnya diterima oleh tanah. Setiap tahun ketidakpatuhan mereka terhadap hukum Sabat dijawab dengan satu tahun pembuangan. Ini adalah hukuman yang proporsional, sebuah ajaran keras namun penuh keadilan dari Tuhan. Pembuangan memaksa umat-Nya untuk berhenti dari aktivitas mereka, meninggalkan tanah yang telah mereka rusak dan abaikan, dan merenungkan kesalahan mereka di negeri asing.

Namun, ayat ini tidak hanya berbicara tentang penghukuman. Di balik hukuman, tersirat janji pemulihan. Tujuh puluh tahun adalah masa yang ditentukan. Setelah masa itu berakhir, Tuhan berjanji akan memulihkan umat-Nya kembali ke tanah perjanjian mereka. Konsep "menggenapi tujuh puluh tahun" membawa pesan harapan yang kuat. Ini berarti bahwa masa kesusahan itu akan berlalu, dan Tuhan akan kembali menunjukkan belas kasihan-Nya. Pembuangan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah jeda yang perlu untuk pemurnian dan persiapan kembali kepada hubungan yang benar dengan Tuhan dan tanah perjanjian.

Dengan demikian, 2 Tawarikh 36:21 mengajarkan kita tentang pentingnya ketaatan terhadap firman Tuhan dan konsekuensi dari ketidakpatuhan. Lebih dari itu, ayat ini menegaskan bahwa bahkan dalam penghukuman yang paling keras sekalipun, rencana Tuhan selalu mencakup pemulihan dan harapan. Penggenapan nubuat Yeremia melalui pembuangan tujuh puluh tahun menjadi bukti kesetiaan Tuhan dan memberikan pelajaran berharga bagi generasi mendatang mengenai nilai ketaatan, pentingnya istirahat rohani, dan janji pemulihan yang tak tergoyahkan.