Ayat dari kitab 2 Tawarikh pasal 9 ayat 7 ini adalah sebuah ekspresi kekaguman dan syukur yang mendalam. Diucapkan oleh Ratu Syeba saat mengunjungi Raja Salomo di Yerusalem, kata-kata ini tidak hanya sekadar pujian terhadap kekayaan dan kemegahan istana Salomo, tetapi lebih dari itu, ia menyoroti kebahagiaan sejati yang bersumber dari hikmat dan kehadiran Tuhan.
Ratu Syeba, setelah menyaksikan sendiri kebijaksanaan Salomo, kekayaan yang luar biasa, dan tatanan kehidupan di kerajaannya, menyadari bahwa apa yang dimiliki Salomo bukanlah semata-mata hasil usaha manusia, melainkan berkat dari Tuhan. Ia melihat bagaimana hikmat yang dianugerahkan Tuhan kepada Salomo telah membawa kemakmuran dan kedamaian yang melimpah. Pengakuan ini menunjukkan bahwa hikmat yang sejati, yang berasal dari Tuhan, adalah sumber kebahagiaan yang tak ternilai harganya.
Keberadaan hamba-hamba Tuhan yang senantiasa di hadapan-Nya dan mendengarkan hikmat-Nya adalah gambaran komunitas yang diberkati. Mereka menikmati kedamaian dan sukacita karena hubungan yang erat dengan Sang Pencipta dan ketaatan mereka terhadap ajaran-Nya. Ini adalah prinsip yang relevan hingga kini: kebahagiaan yang langgeng tidak ditemukan dalam harta benda atau kekuasaan semata, melainkan dalam kedekatan dengan Tuhan dan penerapan firman-Nya dalam kehidupan sehari-hari.
Ratu Syeba secara implisit mengakui bahwa hikmat yang memancar dari Salomo adalah cerminan dari hikmat Ilahi. Ia melihat bagaimana hikmat ini tidak hanya membuat raja bijaksana dalam memerintah, tetapi juga menciptakan lingkungan di mana rakyatnya bisa berkembang dan merasa aman. Kebahagiaan yang ia saksikan adalah kebahagiaan yang lahir dari kebenaran, keadilan, dan ketaatan kepada Tuhan.
Dalam konteks modern, ayat ini mengingatkan kita bahwa sumber kebahagiaan yang paling otentik adalah ketika kita menempatkan Tuhan di pusat kehidupan kita. Mendengarkan dan menerapkan hikmat-Nya dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam pekerjaan, keluarga, maupun hubungan sosial, akan membawa berkat dan kepuasan yang mendalam. Seperti hamba-hamba Salomo yang berbahagia karena berada di hadapan Tuhan dan mendengar firman-Nya, demikian pula kita dapat mengalami kebahagiaan sejati ketika kita mencari dan memelihara hubungan yang intim dengan Sang Pemberi Hikmat.
Memilih untuk hidup dalam hikmat Tuhan adalah sebuah keputusan yang membuahkan hasil yang kekal. Kebahagiaan yang dihasilkan bukanlah kebahagiaan sesaat yang bergantung pada kondisi eksternal, melainkan kedamaian dan sukacita yang mengalir dari hati yang terhubung dengan sumber kehidupan itu sendiri. Ratu Syeba telah melihatnya, dan kita pun diundang untuk mengalaminya.