"Sampaikan salam kepada Priska dan Akwila, dan kepada keluarga Onesiforus."
Ayat penutup dari Surat 2 Timotius ini membawa kita pada momen yang sangat pribadi dan menyentuh hati. Rasul Paulus, yang berada dalam situasi genting, menulis surat ini kepada Timotius, murid terkasihnya. Di tengah-tengah perikop yang penuh dengan instruksi dan dorongan penting mengenai pelayanan dan ketekunan, Paulus menyisipkan salam-salam perpisahan yang hangat. Ayat 19 secara spesifik menyebutkan Priska, Akwila, dan keluarga Onesiforus. Ini bukan sekadar ucapan terima kasih biasa, melainkan sebuah pengakuan mendalam atas kesetiaan, dukungan, dan kasih yang mereka tunjukkan kepada Paulus, terutama di masa-masa sulitnya.
Priska dan Akwila adalah pasangan yang memiliki peran penting dalam gereja mula-mula. Mereka dikenal sebagai rekan kerja Paulus, ahli dalam membuat tenda, dan selalu siap memberikan tempat tinggal serta dukungan bagi para pelayan Injil. Kisah mereka dalam Perjanjian Baru menunjukkan keberanian dan iman yang kuat, bahkan bersedia menghadapi bahaya demi menyebarkan ajaran Kristus. Menyebut nama mereka di akhir surat ini menegaskan betapa berharganya hubungan yang terjalin, sebuah persahabatan yang dibangun di atas dasar iman dan pelayanan bersama.
Bagian kedua dari ayat ini menyebutkan keluarga Onesiforus. Meskipun detail tentang Onesiforus sendiri tidak sebanyak Priska dan Akwila, namanya muncul dalam surat-surat Paulus lainnya, terutama di 2 Timotius 1:16-18. Di sana, Paulus menceritakan bagaimana Onesiforus dengan berani mencarinya di Roma ketika Paulus dipenjara, bahkan tidak malu dengan belenggunya. Onesiforus dan keluarganya telah melayani Paulus dengan setia dan telah memberikan penyegaran serta dukungan yang luar biasa. Ucapan salam ini menunjukkan penghargaan Paulus yang mendalam atas pelayanan mereka yang tanpa pamrih.
Mengapa ayat ini penting bagi kita saat ini? Pertama, ia mengingatkan kita akan nilai penting dari hubungan antar sesama orang percaya. Gereja bukanlah sekadar sebuah institusi, melainkan sebuah keluarga besar yang saling mengasihi dan mendukung. Pelayanan tidak dilakukan sendiri, melainkan seringkali melibatkan kerja sama dan dukungan dari orang-orang lain. Paulus, seorang rasul besar, tidak ragu untuk mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada mereka yang telah membantu pelayanan dan kehidupannya.
Kedua, ayat ini mengajarkan kita tentang kesetiaan. Priska, Akwila, dan Onesiforus menunjukkan kesetiaan kepada iman Kristus dan kepada para pelayan-Nya. Mereka tidak mundur ketika menghadapi kesulitan atau bahaya. Kesetiaan semacam ini adalah komoditas yang langka namun sangat berharga. Di dunia yang serba dinamis ini, kesetiaan dalam hubungan, dalam pelayanan, dan dalam iman menjadi pilar yang kokoh.
Terakhir, ayat ini memberi kita teladan dalam memberikan apresiasi. Paulus, meskipun dalam keadaan sulit, memikirkan orang-orang yang telah berkontribusi dalam pelayanannya. Ia tidak lupa memberikan salam dan pengakuan. Seharusnya kita pun belajar untuk tidak hanya fokus pada diri sendiri, tetapi juga memperhatikan dan menghargai mereka yang telah memberikan dampak positif dalam hidup kita, terutama dalam perjalanan iman kita. Salam terakhir ini, yang disisipkan di akhir surat yang serius, menunjukkan bahwa kasih dan hubungan pribadi adalah aspek yang tidak terpisahkan dari pelayanan yang sejati.