2 Yohanes 1:5 - Kasih dan Kebenaran

"Dan sekarang aku minta kepada Tuan: bukan perintah baru yang kutuliskan kepada Tuan, melainkan perintah yang sudah ada pada Tuan sejak semula. Perintah itu ialah: Kasihilah seorang akan yang lain."
Cahaya Kasih

Simbol Kasih dan Pencerahan

Ayat 2 Yohanes 1:5 merupakan sebuah pengingat yang mendalam tentang esensi ajaran Kristus, yaitu kasih. Rasul Yohanes, dalam suratnya yang singkat namun penuh makna ini, menekankan bahwa perintah untuk mengasihi bukanlah sesuatu yang baru. Sebaliknya, perintah ini telah ada sejak permulaan, tertanam dalam kebenaran yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus sendiri kepada para murid-Nya.

Penting untuk memahami konteks ayat ini. Yohanes menulis suratnya kepada "tuan yang terpilih" (atau "ibu yang terpilih" dalam beberapa terjemahan, tergantung pada penafsiran). Dalam tradisi teologis Kristen, perintah kasih ini sering diartikan sebagai perintah untuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia. Namun, dalam konteks surat Yohanes yang sering menekankan kebenaran, kasih yang dimaksud di sini adalah kasih yang lahir dari kebenaran, kasih yang murni dan tulus, yang menjadi ciri khas orang percaya sejati.

Perintah kasih bukanlah sekadar himbauan moral, melainkan inti dari iman Kristen. Yesus sendiri mengajarkan bahwa hukum yang terbesar adalah mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi, dan yang kedua adalah mengasihi sesama seperti diri sendiri. Perintah ini berulang kali ditekankan dalam ajaran-Nya. Yohanes, sebagai rasul yang sangat dekat dengan Yesus, memahami betul kedalaman dan pentingnya perintah ini.

Ketika Yohanes mengatakan "perintah yang sudah ada pada Tuan sejak semula," ia merujuk pada kebenaran yang kekal dan abadi yang bersumber dari Allah. Kasih ilahi bukanlah emosi yang sementara, melainkan sebuah prinsip fundamental dalam keberadaan Allah sendiri. Allah adalah kasih. Oleh karena itu, ketika kita diperintahkan untuk mengasihi, kita dipanggil untuk mencerminkan karakter ilahi dalam kehidupan kita.

Perintah ini juga merupakan ujian keaslian iman. Bagaimana kita menunjukkan kasih kita kepada Allah yang tidak terlihat? Salah satu cara yang paling nyata adalah melalui cara kita memperlakukan sesama. Kasih kepada saudara seiman, khususnya, menjadi bukti bahwa kita benar-benar telah mengenal dan menerima kasih Allah. Sebaliknya, jika ada kebencian atau permusuhan di antara umat Tuhan, itu menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara pengakuan iman dengan kehidupan yang dijalani.

Lebih jauh lagi, perintah kasih ini melampaui hubungan antar manusia. Kasih yang kita tunjukkan harus mencerminkan kasih Kristus yang rela berkorban. Ini berarti bersedia mengampuni, bersabar, memahami, dan melayani sesama, bahkan ketika itu sulit. Ini adalah kasih yang aktif, bukan pasif. Kasih yang rela memberi dan mengorbankan diri demi kebaikan orang lain, sesuai dengan teladan Kristus.

Di dunia yang sering kali dipenuhi dengan perselisihan dan ketidakpedulian, perintah 2 Yohanes 1:5 menjadi mercusuar harapan. Ini adalah panggilan untuk menciptakan komunitas yang penuh kasih, di mana setiap individu merasa dihargai dan didukung. Ini adalah pengingat bahwa inti dari menjadi pengikut Kristus adalah hidup dalam kasih yang terus-menerus, kasih yang berasal dari Allah dan mengalir melalui kita kepada dunia.

Mengimplementasikan perintah ini dalam kehidupan sehari-hari bukanlah tugas yang mudah. Ia membutuhkan ketergantungan pada Roh Kudus untuk memampukan kita mengasihi sebagaimana Kristus telah mengasihi kita. Namun, inilah inti panggilan kita sebagai orang percaya: hidup dalam kasih, yang merupakan perintah kekal dan pondasi iman kita.